...
"Aku nggak mau pergi, please jangan."
"Tapi.."
"Iya, sungguh aku nggak mau pergi, aku nyaman sekali di sini...."
"Tolonglah, kamu harus pergi, tak baik bila terus begini, ya?" Mike menepuk-nepuk pundak, bahu, dan sedikit pipi yang nampak makin tirus dari hari ke hari. Sebuah hentakan angin dari utara ruangan mengangkat lembut lengannya. Seperti hendak menyadarkan Mike, "Jangan lebih dari sebuah tepukan."
"Aku nggak mau pergi, sungguh aku nggak mau pergi, aku nyaman sekali di sini," pipi tirus berujar lagi tanpa sedikitpun memalingkan muka dari pandangan jauhnya. Mike terbatuk dan mundur sejenak. Dari balik jendela terlihat hujan mulai bergandengan dengan petir. Kilatan cahayanya memantul-mantulkan bayangan mereka berdua, menembus pekat kabut putih yang masuk ke dalam ruangan dengan serta merta.
Brak!
"Aku tidak suka caramu mengaturku Mike! Ini adalah aturan pertama, aku adalah aku, dan semua yang aku ingin lakukan harus kau lakukan sesuai keinginanku!"
Mike mengerutkan keningnya. Tak ada lagi yang bisa ia diskusikan, apalagi negosiasikan. Seolah yang berbicara di depannya adalah batu, bukan yang biasanya berbicara tentang cinta. Sebuah kamera, dua buah aksesoris dan beberapa pernik-perniknya turut membisu.
And for your love I would do anything. Just to see you smile upon your face For your love I would go anywhere. Just you tell me and I'll be right there.... And for your love I would do anything. Just to see you smile upon your face For your love I would go anywhere. Just you tell me and I'll be right there...***
Plak! Plak!