Lihat ke Halaman Asli

djeng sri

penuliscerita dan freelancer menulis

Cerpen| H.Kartini: Ketika Ibu Marah

Diperbarui: 21 April 2016   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="copyright by bowobagusphotography.blogspot.com"][/caption]Ketika ibu marah

.

.

.

“Nana! Jangan buang pola-pola itu!”

“Tapi bu, bukankah baju-baju itu sudah jadi? Buat apa lagi pola-pola ini?”

Ibu hanya diam, lalu seperti biasanya bergegas mengambil pola-pola baju yang hampir saja masuk keranjang sampah. Matanya agak merah, mungkin menahan marah yang tak mungkin ia lampiaskan pada Nana. Ia adalah seorang yang hampir tak pernah marah, selalu sabar, kecuali pada kondisi khusus yang sulit orang lain mengerti.

Nana menghembuskan nafas kesal. Beberapa hari ini ia merasa aneh dengan perilaku sang ibu. Selalu saja ada hal yang buatnya harus dibentak, dimarahi, atau sekedar dicuekin sang ibu. Dalam hati ia berprasangka buruk, bahwa sesuatu sedang terjadi dengan hubungan ayah dan ibu, sehingga ia jadi pelampiasan rasa kesal ibu. Namun hati kecilnya sering menolak praduga itu, sebab si ayah tak pernah memarahinya.

“.... Atau apa ya?” ia bergumam tak tentu sambil melihat tetes air hujan dari balik jendela kamarnya.

.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline