Lihat ke Halaman Asli

djeng sri

penuliscerita dan freelancer menulis

[Fabel] Ca, Ci, Mu (Kisah Lapak Hutan Larangan Kompah Siamang)

Diperbarui: 7 November 2015   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="copyright by bowobagus'p"][/caption]

Aku pikir...
Aku coba pikir..
Aku.

Ah, Ci kembali tenggelam dalam lamunannya. Dua batang pertanyaan yang mampir dalam sekejab kilatan badai tak berhasil goyahkan ego besarnya untuk berpikir kritis. Sebagai seekor siamang yang pandai dan mempunyai segudang landasan teori tentang cara membuka dan menutup lapak. Ia punya ambisi, ambisi, dan ambisi.. untuk menghabisi!

Aku coba pikir..

Bagaimana cara menutup lapaknya? Gumamnya dalam lamunan panjang dan berat, seberat jam dinding diatas pohon mangga yang berdentang duapuluhenam kali. Seekor Ci (cicak) datang melihat dan memperhatikannya dengan seksama. Kepalanya bergoyang ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah, sambil sesekali menjulurkan lidahnya. Ia tak habis pikir mengapa Ca selalu melamun setiap saat, setiap waktu, bahkan setiap hari,

Katanya dia ahli? Kok sepi?

“Apa kau Ci?” bentak Ca tiba-tiba

“Eh ah uh ti tidak Ca,” Ci sangat terkejut lalu dengan cepat melarikan diri, sembunyi di batang paling atas pohon mangga. Nafasnya terputus-putus, seakan nyaris mampus. Ingatannya melayang cepat seperti proyekstor film layar tancap, menyajikan banyak kejadian mengerikan di hutan Larangan Siamang beberapa waktu yang lalu...

“Bang*** kau! Tak paham sama sekali teori buka lapak, eh berani-beraninya buka lapak, maen lapak, nyomot-nyomot banyak binatang buat datang ke lapakmu! Tahu gak kau! Kau itu iblis sesat yang menyesatkan banyak binatang lewat lapakmu!”

Katanya dia ahli? Kok sepi?

“Apa kau Ci?” bentak Ca tiba-tiba

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline