Jalan2 pagi meregangkan aliran darah dan membentuk suasana hati yang happy sembari menikmati proyektor seperti film dokumenter bangunan dan hiruk pikuk nya kanan kiri jalan yang dilalui, di kampung Ketandan Jogja, menyimpan nya dalam bentuk memori vlog jalan2 di "Aryo Djendra" YouTube channel. Pagi2 lagi, sehat2 lagi dan jalan2 lagi di Chinatown nya Kota Jogja.
Ketandan merupakan satu kawasan kampung di Malioboro Jogja Utara Pasar Beringharjo (satu pasar tradisional yang menjadi tujuan wajib jika vacation di Jogja), menjadi kampung warga Tionghoa dengan budaya nya yang masih dipertahankan sampai sekarang, meski satu dua tiga budaya murni Cina sudah berbaur dengan budaya Jawa Jogja, melebur tanpa menghilangkan.
Sejarah menceritakan awal mula Kampung Ketandan, dari pemberian hadiah kawasan dari Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hamengkubuwono III kepada seorang anak warga keturunan bernama Kapitan Tan Jin Sing atas jasanya menghubungkan Raja Jogja dengan Gubernur Jendral Hindia Belanda saat itu Raffles, tahun 1800 an, hingga berkembang turun temurun hingga sekarang ini dan menyatu dengan masyarakat Jogja.
Kawasan pemukiman Tionghoa yang awalnya hanya di Ketandan melebar ke arah barat Dagen dan Pejaksan semua di tepi kanan dan kiri Malioboro, hingga ke Utara Kranggan, menghasilkan budaya baru melebur nya China dan Jawa, sadar sebagai keluarga besar yang sama bernama manusia yang diciptakan dengan Kasih dan Sayang.
Masuk dengan awal melangkah dari bawah gapura besar seperti di film2 kungfu master nya Jet Lee, samping Ramayana Malioboro, warna merah dan emas menjadi warna dominan diperkampungan warga keturunan, gang2 yang cukup dilalui dua mobil semakin masuk ke dalam di kampung nya toko2 emas kota Jogja, karena hampir sebagian besar warga Ketandan berdagang emas, kantong2 parkir sebagai penyangga wisatawan yang ingin menikmati Malioboro Jogja banyak di buka di halaman rumah warga, seperti hidden parking, mungkin bisa jadi solusi saat parkiran utama Malioboro penuh.
Dengan latar seperti lukisan, bangunan tinggi mewah Hotel Melia Purosani di timur, kami menuju ke selatan mulai masuk komplek pasar Beringharjo sisi Utara, yang langsung menyuguhkan kuliner di gang Utara pasar, Soto dan mie ayam bakso yang menjadi pemimpinnya, sedikit melegakan perut Kami yang sedari tadi saat berjalan blusukan di kampung Ketandan.
Kuliner yang Saya jumpai lebih untuk kulineran non muslim, meski sedikit menggoda juga , karena kami sebagai muslim ada beberapa makanan dan minuman yang dilarang bagi agama yang kami anut, cukup membeli roti tawar dengan rasa khas dan kelembutan rotinya yang seperti lembutnya seorang ibu memeluk melindungi anaknya (sedikit lebay yaa ) di Toko Roti Djoen Lama.
Toko roti legendaris di Ketandan Jogja mungkin salah satu toko roti tertua juga di Jogja, karena tertulis sejak tahun 1930, toko roti Djoen Lama pun telah buka juga di tempat lain di Jogja dengan nama Djoen Muda.
Kembali ke tempat kami memulai perjalanan olahraga pagi, sebuah bangunan gapura yang lebih "Wangun"nya disebut gerbang besar pintu masuk kampung Ketandan, di hari libur yang mulai beranjak siang dan toko2 Malioboro mulai bergeliat buka menyambut tamu2 jauh yang ingin melebur dengan kasih sayang nya Kota Jogja yang berhati nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H