Lihat ke Halaman Asli

Dunia yang Absurd

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang ngga suka kalau punya teman yang baik, yang asik dan nyambung waktu ngobrol... Teman yang ga pelit meluangkan waktu buat dengar semua curahan isi hati temannya, bisa diajak serius dan juga bisa konyol. Bisa jadi kakak, juga bisa jadi adik. Bisa menghibur meski kadang iseng menakuti dengan ceritanya... Tapi toh tetap aja semua menyenangkan.

Tapi... Benarkah? Harus jujur, atau bohong? Ada orang yang suka dibohongi, ada juga yang ga suka dibohongi. Tapi prakteknya... Ternyata kadang kita justru sering dan suka membohongi diri kita sendiri. Diri kita? Maap... Kayaknya lebih tepat kalau saya aja, hahahahaha...

Tapi tiba-tiba saya merasa menjadi manusia yang tolol...

Sepanjang hari menutup mulut dan mengganti suara yang harusnya keluar dari mulut saya dengan suara ketikan huruf di sebuah layar hape... Tak tik tuk, tak tik tuk... Kadang salah ketik karena terlalu bersemangat, kadang meleset mencet huruf karena jempol udah pegel tapi tetap maksa. Malah kadang salah emoticon... Harusnya gambar ekspresi marah, malah kepencet hati berbunga-bunga.

Tapi untung ga salah kirim... Kirim kata-kata melankolis jayus ke bos dan kirim laporan kerjaan ke teman. Semoga ga akan seperti itu. Typo boleh... Salah kirim jangan.

Hidup di dunia online yang absurd...
Dengan teman-teman yang jauh, yang bahkan disentuh pun ga bisa. Yang jauh jadi dekat, yang dekat jadi jauh. Kira-kira seperti itu. Atau mungkin memang seperti itu...

(20 November 2013, senja)

Berasa seperti orang tolol yang duduk sendiri, menatap layar hape sambil nunggu... Typing... Last seen. Typing, last seen... Centang satu, centang dua. Udah nyampe belum... Udah dibaca belum... Harap-harap cemas karena sinyal dan koneksi data 3G yang koneksinya menjijikan, malah kadang samasekali ngga ada sinyal. Hidup rasanya sangat menderita... Dari sudut pandang orang ketiga, mungkin terlihat lebih mirip orang gila. Duduk sendiri, senyum sendiri, manyun sendiri, melongo sendiri... Sedih pun sendiri.

Serius... Ngga tau kenapa tiba-tiba saya merasa seperti orang tolol. Atau mungkin saya memang tolol?

Jarak memang ga jadi penghalang buat berdiskusi atau bahkan berdebat dengan seorang teman. Mendiskusikan hal-hal yang menurutnya penting tapi ngga penting menurut saya, lalu berujung debat dan adu argumen. Tanpa bertatap muka... Meributkan warna rombong mie ayam kenapa harus warna biru, memperdebatkan warna pasir. Rasanya cuma orang tolol yang mendiskusikan hal-hal seperti itu... Termasuk meributkan warna kain yang menurut saya lebih mirip seperti celemek, tapi diklaim sebagai sack dress oleh teman saya.

Everything is all good.
Tapi toh akhirnya saya mikir... Kenapa saya harus mikir?! I mean, maksud saya, buat apa? Saya ngga tau buat apa. Apa gunanya. Sama seperti saya pernah merasa bosan dengan tembok 1 milyar umat... Facebook. Tapi toh akhirnya saya kembali. Hais...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline