Lihat ke Halaman Asli

Jadikan Pandemi Covid-19 Momentum Kemajuan Pendidikan di Indonesia

Diperbarui: 10 April 2020   18:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat saya menulis artikel ini saya sedang mengajar 5 kelas daring, atau online learning dan sedang kuliah 4 matakuliah S3 Ilmu komputer di salah Kampus Negeri yang berada di wilayah bogor, tapi memori saya teringat tahun 2015 lalu saat saya menempuh pendidikan S2 di Jakarta, waktu itu Kemenristek-DIKTI yang sekarang kembali bentuknya menjadi Kemendikbud sedang gencar gencarnya menertibkan kampus yang menyelenggarakan kuliah jarak jauh, iya waktu itu yang punya izin perkuliahan jarak jauh hanya UT (Universitas Terbuka) untuk kampus negeri dan Binus University untuk yang swasta itupun masih blended (campur) tidak full online learning, sehingga kampus yang teridentifikasi melaksanakan kuliah jarak jauh, dikenakan sanksi dari peringatan, dibekukan bahkan ditutup, karena pada saat itu kuliah jarak jauh dipandang menjadi ajang jual beli ijasah. 

Tapi siapa sangka 5 tahun kemudian tepatnya saat terjadi musibah Virus Corona di Seluruh dunia, mata kita mulai terbuka betapa pentingnya infrastruktur perkuliahan daring ini, sekarang seluruh sekolah dan perguruan tinggi "tanpa terkecuali" dipaksa melakukan proses belajar mengajar jarak jauh, apa yang terjadi ? tidak semua sekolah dan perguruan tinggi siap dalam hal infrastruktur, media, maupun dukungan dari guru dan dosen, kenapa ? mari kita cari jawabannya.

Coba sekarang anda cari di mesin pencari seperti google, pertama cari gambar dengan kata kunci sekolah tahun 1890, pasti kalian ketemu gambar beberapa siswa duduk disebuah ruangan didepannya ada meja belajar, diatasnya ada buku dan didepan kelas ada guru yang sedang mengajar di papan tulis, sekarang dengan mesin pencari yang sama cari gambar dengan kata kunci sekolah tahun 2020, hasilnya apa ? tidak jauh berbeda, hanya gambarnya sekarang berwarna dan ada tambahan proyektor atau mungkin ruangannya ada pendingin udara, ya itulah gambaran pendidikan di Indonesia tidak berubah terlalu jauh dari tahun 1890 atau bahkan satu abad sebelumnya, sekarang kita berada di abad 21, siswa kita lahir di abad 20, gurunya sebagian berasal dari abad 19, proses pembelajarannya berasal dari abad 18 atau mungkin satu dua abad sebelumnya.

cukup miris tapi ya itu kenyataannya, balik lagi ke masalah pandemi covid 19 yang masuk indonesia kurang lebih 1 bulan lalu, apa yang terjadi semua sekolah dan perguran tinggi memanfaatkan platform pembelajaran daring yang ada sebut saja google classroom, moodle, edmodo, zoom, skype, googlemeet, youtube dll menjadi penopang proses belajar mengajar beberapa waktu terakhir, banayak mahasiswa mengeluh, dosen mengeluh, orang tua mengeluh, bahkan lembaga pendidikan yang belum siap pun ikut mengeluh tapi bagaimana sekarang ? proses belajar mengajar berjalan dengan baik dengan atau tanpa kekurangan disana sini.

lalu apa yang terjadi sekarang ? pertama Kemendikbud yang dulu paling anti dengan kuliah jarak jauh, sekarang muncul peraturan menteri yang melegalkan ini, sekolah atau kampus yang dulunya belum siap secara infrastruktur dan model serta proses pembelajaran online sudah memaksakan diri membangun model ini disekolahnya, dosen dan guru yang dulu sangat idialis bahwa kuliah dan bimbingan itu harus tatap muka dengan mahasiswa sekarang sudah mulai tuh buka zoom, instal skype di hpnya, belajar menggunakan google classroom bersama anak dan cucunya, orang tua yang dulunya menganggap anaknya yang dirumah terus dan didepan hape dan komputer terus itu pasti main game dan pemalas eh sekarang cukup kewalahan tuh bantuin anaknya belajar di depan komputer dan hape seharian,  kalau mahasiswa dan siswa bagaimana ? mungkin sektor ini yang paling siap, karena begitu lahir sudah ketemu itu yang namanya smartphone dan laptop sudah menggunakannya dan pastinya lebih mudah beradaptasi dengan keadaan ini.

ya, ada baiknya dengan adanya  pandemi covid19 ini masyarakat indonesia dipaksa untuk siap menuju revolusi dibidang pendidikan, dan momentum ini harus diambil pemerintah, dengan segala daya dan upaya yang ada melanjutkan apa yang sudah terbangun beberapa bulan ini agar tidak sia sia, mendikbud mas nadiem saya sangat yakin bisa menangkap peluang ini, tapi bawahannya apakah siap ?kita lihat saja beberapa waktu kedepan, 

tapi sebelumnya mari kita buka apa yang akan dibawa oleh revolusi dibidang pendidikan ini , pertama biaya kuliah akan "murah" karena lembaga pendidikan tidak perlu menyiapkan ruang kelas yang mewah untuk siswa dan mahasiswa, penggunaan listrik dan ac akan berkurang, tidak perlu menyiapkan proyektor dan tempat parkir yang besar untuk mahasiswa, satu dosen bisa mengajarkan 50 - 100 mahasiswa jadi cerita tentang rasio dosen dan mahasiswa tidak ada lagi.

selain akan menjadi murah, mahasiswa yang harus kerja untuk membiayai kuliahnya tidak perlu takut lagi dan memilih antara kuliah atau kerja karena kedua dapat dilakukan tanpa terbatas ruang dan waktu, jangan lupa mahasiswa pasca sarjana S2 dan S3 sebagian besar adalah pekerja yang ingin meningkatkan karirnya, ya ada juga calon dosen yang ingin memenuhi syarat paling rendah untuk menjadi dosen, jadi pasti basic dasar untuk belajar jarak jauh sudah ada, memang pendidikan sektor vokasi, kejuruan dan praktikum cukup sulit, untuk menerapkan perkuliahan jarak jauh tapi masih bisa blended dengan presentase pembelajaran tatap muka dan daring yang proposional, untuk tingkat Sekolah dan sarjana kita rasa memiliki potensi untuk diperbanyak jumlah sekolah jarak jauhnya, dengan cara mengurangi mata kuliah yang kiranya tidak terlalu penting menggantinya dengan proses magang/Praktek Kerja Lapangan, karena di industrilah tempat belajar yang sesungguhnya masalah yang sesungguhnya ditemui bukan hanya teori di kelas tapi juga mencoba mengeksplorasi kemampuan bekerja sama, komunikasi dan memecahkan masalah.

jadi ini saat yang tepat untuk kita tatap masa depan pendidikan kita yang lebih cerah, meninggalkan gelapnya belajar pada waktu belum ada lampu dan papan tulis masih menggunakan kapur menuju pendidikan yang lebih maju dan menghasilkan output terbaik tanpa mengurangi kualitasnya.

*) Penulis : Yan Mitha Djaksana, A.Md(TI).,S.Kom.,M.Kom.,MTCNA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline