Lihat ke Halaman Asli

Wisnu Djatiprasodjo

Wisnu DjatiPrasodjo adalah freelancer blogger.

Ibu Malam Part 15: Pedang Legendaris dan Api Penghancuran: Pertempuran di Kota Asmara

Diperbarui: 10 September 2024   23:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertarungan Raka dan Buaya /dok. pri


Ketika Sinta diculik oleh Ibu Malam, ketegangan memuncak di antara kawan-kawan yang tersisa---Raka, Bagas, dan Saskia. Namun, di tengah kekacauan itu, Johan, dengan kecerdikannya yang sering tidak disadari orang lain karena sifat kocaknya, memutuskan untuk mengambil langkah berani. Dia meninggalkan teman-temannya secara diam-diam, mengikuti jejak Ibu Malam yang membawa Sinta ke arah yang tidak diketahui.

Johan, dengan langkah hati-hati dan mata yang tajam, memperhatikan setiap detail di sekitarnya untuk tidak kehilangan jejak. "Ini untuk kamu, Sinta," gumamnya, seraya berharap bisa menyelamatkan gadis yang diam-diam ia cintai.

Sementara itu, Raka, yang merasa bertanggung jawab atas keselamatan Sinta, mengambil keputusan untuk mengikuti jejak mereka melalui sungai yang mengalir dekat dengan lokasi penculikan. Dengan tergesa-gesa, ia melepas bajunya dan menyembunyikannya di balik semak-semak dekat tepi sungai, memastikan bahwa pakaian itu tidak akan ditemukan atau terbawa arus.

"Kamu yakin dengan ini, Raka?" tanya Saskia, khawatir.

Raka menatap Saskia, matanya penuh tekad. "Ini cara tercepat untuk sampai ke istana. Aku harus menyelamatkan Sinta."

Saskia mengangguk, memberikan dukungan meskipun rasa cemas terus menggelayuti hatinya. "Hati-hati, Raka. Aku tahu kamu bisa melakukannya."

Raka lalu melompat ke dalam sungai, memulai perenangan yang penuh resiko. Airnya dingin dan arusnya kuat, tetapi tekadnya untuk menyelamatkan Sinta membuatnya tidak merasa takut.

Tidak lama kemudian, di tengah perjalanannya, Raka bertemu dengan makhluk yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya---buaya jadi-jadian yang menjaga Istana Kota Asmara. Makhluk itu sangat besar, dengan kulit yang keras seperti baja dan jari-jari yang tajam mirip jari dinosaurus. Mata buaya itu merah menyala, penuh dengan niat membunuh.

Menurut legenda lokal yang pernah didengar Raka, buaya jadi-jadian ini adalah penjaga setia Istana Kota Asmara, diciptakan oleh penyihir kuno untuk melindungi istana dari penyusup. Hanya dengan kecerdikan dan keberanian yang luar biasa, makhluk ini bisa dikalahkan.

Saat buaya itu meluncur ke arahnya dengan mulut yang terbuka lebar, Raka cepat-cepat mengambil batu besar dari dasar sungai dan melemparkannya ke mata buaya tersebut. Buaya itu mengaum kesakitan, memberi Raka kesempatan untuk menyerang bagian bawah lehernya, titik lemah yang ia ketahui dari cerita-cerita lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline