Sejujurnya, saya gemas sekali membaca pengumuman Jawa Bali bakal PSBB ketat selama dua minggu ke depan mulai hari ini. Tampak sekali tidak ada strategi baru dari Satgas C-19, hanya mengulang-ulang lagu lama saja.
Mereka selalu menyalahkan orang yang liburan, sementara yang demo besar-besaran, pilkada, dan kerumunan lainnya dianggap angin lalu.
Mereka selalu menyalahkan masyarakat yang tidak pakai masker, padahal menurut survei BPS 92% masyarakat sudah taat masker. Saya yakin, kalau wabah ini memang benar-benar menakutkan, orang-orang itu tidak akan liburan, pasti tinggal di rumah saja tanpa ada paksaan.
Bagaimana kasus tidak naik tinggi, orang yang liburan wajib di tes antigen, pastilah angkanya naik drastis. Sementara yang kemarin demo besar-besaran, pilkada, dan kerumunan lainnya tidak semua di tes, jadi tidak tampak kenaikan angka yang signifikan.
Bagaimana kasus tidak meningkat, kalau masyarakat hanya dibombardir berita yang menakutkan, yang menurunkan imunitas tubuh, alih-alih menginformasikan bagaimana caranya sembuh dari C-19 mengingat jauh lebih banyak yang sembuh daripada yang wafat.
Nyaris tak ada informasi bagaimana meningkatkan imunitas tubuh dengan beristirahat total ketika demam, konsumsi makanan yang bergizi, rajin berolahraga, dan menjaga keseimbangan energi dengan istirahat cukup.
Sudah jelas bahwa PSBB yang selama ini sudah berlangsung baik ketat maupun longgar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan kasus, malah sebaliknya kian hari malah semakin meningkat.
Memang ada sedikit penurunan ketika berlangsung PSBB ketat, tapi angka kembali naik ketika mulai dilonggarkan. Mau terus-terusan PSBB, yang ada negara bangkrut, utang melonjak, rakyat malah mati kelaparan dan frustasi karena tidak ada pekerjaan.
Pertanyaannya, sudahkah dilakukan evaluasi terhadap strategi yang selama ini diterapkan?
Pertama, masih relevankah strategi berburu virus yang masih saja diterapkan melalui berbagai tes-tes mulai dari RT Ab yang lalu berubah menjadi RT Antigen, PCR Swab tes, dan sebagainya?
Saat penyebaran virus masih bisa dilokalisir tentu efektif dengan pola 3T, tapi ketika virus sudah menyebar apalagi ke seluruh dunia, haruskah kita membuang banyak uang hanya untuk tes-tes terutama bagi yang tidak bergejala.