Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Giring: There's a Will, But There's No Way

Diperbarui: 2 September 2020   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baliho Giring Capres 2024 (Sumber: jpnn.com)

Pilpres baru akan berlangsung 4 tahun lagi, tapi cuaca semakin menghangat di tengah situasi pandemi yang tak pasti ini. Tanpa banyak bicara baliho Giring capres 2024 sudah membahana. Di beberapa tempat strategis di Jakarta sudah mulai terpampang baliho-baliho besar bertuliskan 'Giring untuk Presiden 2024' yang membawa nama PSI sebagai kendaraan utamanya. Pesan yang disampaikan sangat jelas, kursi presiden pada pilpres tahun 2024 mendatang.

Tak hanya di Jakarta dan kota-kota besar saja, bahkan di pedalaman Tasikmalaya saja balihonya sudah terpasang. Sepertinya Giring tak main-main dengan pencalonannya karena memasang baliho sebesar dan sebanyak itu tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tentunya tak ada orang yang bercanda membuang uang sekian milyar rupiah untuk menyebar ribuan baliho sekedar buat sensasi pencapresan saja. Pasti ada sesuatu di balik pemasangan baliho yang tampak masif sementara belum ada pesaing lain yang berani melakukan hal serupa.

Keberanian Giring 'mencuri start' di saat para capres lainnya masih hati-hati mengumumkan pencalonannya tentu cukup mengejutkan. Apalagi mengingat PSI sebagai partai pengusungnya kandas setelah hanya memperoleh 1,99% suara saja sehingga tak lolos parliamentary threshold 4%. Bisa jadi PSI mendorong nama Giring 'hanya' untuk menjual nama partai tersebut agar lolos electoral threshold pada pileg mendatang. Rasanya tak mungkin partai dengan suara mayoritas melepas begitu saja jatah calon presiden pada partai lain sekelas PSI.

Model pemasangan baliho seperti Giring mengingatkan saya pada sosok Rizal Mallarangeng yang melakukan hal serupa menjelang pilpres 2009. Adik dari Andi Alfian Mallarangeng (mantan Menpora) ini mendeklarasikan pencalonannya pada bulan Juli 2008 setelah sebelumnya mendirikan konsultan politik Fox Indonesia bersama adiknya Andi Zulkarnaen Mallarangeng alias Choel. Balihonya juga bertebaran di mana-mana bahkan saya pernah melihat di depan Plaza Semanggi yang harga iklannya tentu selangit.

Taglinenya yang terkenal adalah "If there's a will, there's a way", bila ada kemauan pasti ada jalan. Tak hanya pasang baliho dimana-mana, Rizal juga mengiklankan diri di televisi nasional dengan ikon RM09 yang merupakan inisial namanya dan pilpres 2009. Pencalonannya tergolong cukup nekat mengingat saat itu dia bukan anggota salah satu partai politik dan belum ada satupun partai yang berniat mengusung dirinya. Dia sendiri juga sebenarnya masih kalah populer dari sang kakak yang saat itu menjadi Jubir Presiden SBY.

Namun ternyata popularitasnya tak kunjung terkerek bahkan tak mampu melampaui SBY hingga bulan September membuatnya berpikir ulang untuk melanjutkan pencalonannya. Akhirnya di bulan November dia memutuskan untuk mundur dan bergabung dengan tim pemenangan SBY membantu kakaknya yang juga pengurus Partai Demokrat. Setelah itu dia lebih banyak aktif di Golkar hingga saat ini, dan sempat menjadi koordinator relawan Golkar Jokowi (Gojo) untuk memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin pada pilpres 2019.

Pencalonan Rizal juga sempat diwarnai kontroversi mengingat sebelumnya dia justru merupakan konsultan politik bagi Sutrisno Bachir yang sebelumnya juga berminat mencapreskan diri melalui PAN. Rizal sendiri bahkan sempat menciptakan tagline bagi SB, inisial Sutrisno Bachir, yaitu 'Hidup adalah Perbuatan'. Rizal dianggap memanfaatkan pendapatan dari hasil kerjanya dengan SB untuk membiayai kampanye dirinya, sekaligus dianggap tidak etis karena ikut-ikutan mencalonkan diri di saat SB juga sedang berjuang memperoleh kursi capres.

Giring sedikit beruntung karena merupakan anggota partai dan didukung penuh partainya. Sayangnya ,Giring tak punya tagline seperti Rizal yang gampang diingat orang. Padahal dari sisi pemasaran, tagline sangat penting untuk menunjukkan ciri khas seorang calon yang berbeda dengan para calon lainnya. Dengan tagline orang akan mudah mengingat calon tersebut, seperti saya yang masih saja ingat sosok Rizal Mallarangeng dengan tagline-nya "if there's a will, there's a way" walau sudah lama sekali berlalu.

Sepertinya, jalan Giring untuk menuju pencapresan sangat terjal bahkan bisa jadi gagal. Kalau pileg masih berlangsung serentak dengan pilpres seperti tahun lalu, pintu pencalonan bakal tertutup karena PSI tak punya kursi di DPR. Nebeng ke partai lain jelas tak mungkin karena mereka pasti sudah punya calon dari kalangan mereka sendiri. Mungkin, inilah cara PSI menaikkan popularitas agar bisa masuk ke Senayan sekaligus mengangkat kembali pamor Giring yang sedang menurun sejak keluar dari Nidji, grup band yang membesarkan namanya.

Kalau itu terjadi, benarlah apa kata Rizal, there's a will, but there's no way.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline