Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Mengubah Sepeda Balap Jadi Statis Saat #dirumahaja

Diperbarui: 10 Mei 2020   13:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersepeda Statis #dirumahaja (Sumber: dokpri)

Walau sekarang sedang masanya diam di rumah saja, bukan berarti tidak ada kegiatan olahraga sama sekali. Olahraga tetap penting dilakukan karena pada dasarnya manusia harus tetap bergerak walau hanya di tempat saja. 

Diam di rumah tanpa gerak badan dapat menurunkan imun tubuh yang memudahkan penyakit masuk ke dalamnya. Jadi tubuh tetap segar dan tidak kaku karena terlalu lama diam di rumah.

Biasanya saya dan bocah sering bersepeda di lingkungan sekitar rumah saat hari libur. Namun karena situasi sedang tidak memungkinkan, akhirnya sepeda balap yang biasa dipakai diubah menjadi sepeda statis seperti foto di atas. 

Daripada membeli sepeda statis yang harganya cukup mahal sementara kondisi sekarang harus berhemat pengeluaran, lebih baik memanfaatkan apa yang ada saja. Dengan ide ala McGyver, mulailah sepeda balap dimodifikasi menjadi sepeda statis dengan bantuan dongkrak mobil.

Saya memanfaatkan dongkrak mobil untuk menyangga as sepeda agar bisa terangkat sedikit sehingga ban belakang bisa berputar tanpa harus menyentuh lantai. Kebetulan ada dua dongkrak nganggur di rumah dan di mobil yang bisa digunakan sebagai penyangga. 

Dongkrak tersebut lalu diikat salah satu ujungnya di as sepeda yang biasa digunakan untuk boncengan. Karena menggunakan dongkrak dudukan bisa disetel ketinggiannya agar tidak jatuh saat dikayuh. Kalau kurang tinggi bisa ditambah batubata di bawahnya agar roda tidak menyentuh lantai.

Dongkrak Penyangga Sepeda (Sumber: dokpri)

Namanya juga modifikasi, menggunakannyapun juga harus hati-hati. Untuk menaikinya diperlukan ketenangan agar sepeda tidak goyang atau jatuh. Kalau dari arah kanan kaki kiri masuk menyeberangi badan sepeda tapi jangan sampai menyentuh bodi. Tangan berpegangan erat pada stang sementara kaki kanan harus kokoh menyangga sebelum pantat duduk di sadel. Setelah seimbang barulah kedua kaki menginjak pedal dan mulailah mengayuh pelan-pelan.

Saat mengayuh diusahakan agar tidak terlalu cepat, cukup kayuhan santai dengan kecepatan 10-20 km per jam saja. Kayuhan tidak boleh terlalu cepat karena akan menimbulkan getaran di as roda yang dapat menyebabkan sepeda terlepas dari dongkrak yang menyangganya. 

Gigi diusahakan stabil saja, tidak perlu dipindah-pindah karena perpindahan gigi juga bisa menyebabkan goyangan pada sepeda yang dapat berakibat jatuh atau keluar dari dongkrak penyangga.

Biasanya saya mengayuh sepeda hingga berkeringat, sekitar 15-20 menit saat sore hari menjelang berbuka puasa sambil ngabuburit. Sebelum naik sepeda diusahakan untuk senam terlebih dahulu agar tubuh tidak kaget dan kaku. 

Senam dilakukan mulai dari kepala, lengan, perut, hingga kaki dilemaskan. Lalu setelah bersepeda bisa dilanjutkan dengan lari-lari kecil atau jalan cepat sekitar 5-10 menit. Terakhir dilakukan pelemasan otot agar tidak kaget langsung berhenti olahraga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline