Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Menakar Kegiatan Travelling Pasca Wabah Corona

Diperbarui: 27 Maret 2020   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Obyek wisata ditutup untuk menghindari penyebaran virus Covid-19|Dokumentasi pribadi

Wabah virus corona benar-benar meluluhlantakkan sendi-sendi perekonomian dunia, bukan sekadar persoalan kesehatan semata. Serangan virus yang mengglobal pasca pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok membuat hampir semua orang takut untuk bepergian jauh. 

Bandara semakin sepi, stasiun kereta dan terminal bis juga ikut-ikutan sepi akibat berkurangnya perjalanan orang secara signifikan pasca serangan wabah yang mendunia tersebut.

Kegiatan travelling pun terpaksa dihentikan oleh para penggila jalan-jalan, minimal untuk sementara waktu demi menghindari paparan virus corona yang bakal ditemui dalam perjalanan. 

Beberapa negara bahkan sudah menutup diri alias lockdown, disamping mengunci warga negara sendiri juga melarang warga negara asing berkunjung ke negaranya. Bepergian antar negara menjadi semakin sulit karena banyaknya negara yang sudah menutup pintu perbatasannya baik di darat, laut, maupun udaranya.

Sementara perjalanan di dalam negeri pun juga kian sulit karena tingkat kecurigaan orang akan semakin tinggi terhadap orang asing di luar lingkungannya walaupun sama-sama WNI, takut dikira membawa virus corona ke daerahnya. 

Banyak obyek wisata dan toko oleh-oleh tutup untuk sementara waktu demi menghindari kerumunan orang yang berpotensi menyebarkan virus dengan cepat. Jalanan semakin sepi dan aktivitas lebih banyak dilakukan di dalam rumah ketimbang di luar pekarangan sendiri.

Lalu bagaimana kegiatan travelling alias jalan-jalan pasca wabah corona berlalu?

Mungkin butuh waktu pemulihan yang cukup lama mengingat trauma psikologis sebagian warga lokal yang ketakutan akan ketularan virus yang dibawa para pelancong dari luar daerahnya. 

Masyarakat lokal yang semula ramah kemungkinan bakal menjadi curious terhadap orang lain di luar lingkungannya sendiri. Paling tidak selama satu dua tahun ke depan, kegiatan travelling akan berhenti untuk sementara waktu sambil melihat kondisi penyebaran virus apakah bakal mereda atau sebaliknya.

Perjalanan di dalam negeri akan lebih banyak didominasi kendaraan pribadi ketimbang angkutan umum karena relatif lebih aman dari penyebaran virus. 

Tujuan perjalanan juga mungkin akan lebih banyak pada urusan bisnis atau dinas, atau sekadar silaturahmi dengan keluarga jauh, bukan untuk liburan atau bersenang-senang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline