Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Fenomena Hitler dan Kerajaan Ketiga Pemicu Perang Dunia II

Diperbarui: 29 Januari 2020   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah suasana modern sekarang ini ternyata masih ada sekelompok orang yang merindukan kehidupan masa kerajaan. Kalau mau dibilang guyonan, rasanya penampilan mereka serius.

Namun kalau dibilang serius juga penampilannya lebih seperti kegiatan re-enactor ala Kompasianer mas Eko Irawan dan teman-temannya yang mencoba membangkitkan kembali romantisme perjuangan bangsa.

Motifnya berbagai macam, ada yang sekadar melestarikan budaya, ada yang terhalusinasi mimpi sebuah kerajaan besar, bahkan ada pula yang bermotif kriminal di balik isu tersebut.

Keberadaan kerajaan-kerajaan di era modern tersebut bisa jadi ungkapan kekecewaan terhadap kondisi perekonomian masa kini yang semakin memburuk.

Mereka merasa pemimpin yang ada tak mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat secara umum dan hanya menguntungkan golongan tertentu saja. Golongan yang terpinggirkan inilah yang mudah sekali diajak bergabung dalam kerajaan tersebut dengan harapan ada perbaikan nasib di masa datang.

Ramai-ramai munculnya berbagai "kerajaan baru" di seantero Indonesia mengingatkan saya akan sebuah fenomena awal abad ke-20 di mana seorang yang memiliki halusinasi tinggi berhasil mewujudkan mimpinya memimpin kerajaan bahkan nyaris menguasai Eropa dan dunia.

Siapa lagi pelakunya kalau bukan Hitler, sang kanselir Jerman Nazi yang bermimpi mendirikan kerajaan ketiga yang hidup 1000 tahun lamanya. Kemampuan Hitler menyihir rakyat Jerman membuatnya mampu menggerakkan hampir seluruh rakyatnya untuk mewujudkan mimpi tersebut untuk menyatukan dunia dalam satu kerajaan besar.

Saya tidak akan bercerita panjang lebar mengenai sejarah Perang Dunia II maupun Nazi karena sudah banyak tertuang di laman Mbah Gugel. Tulisan ini hanya mengingatkan bahwa sebuah halusinasi yang diikuti tanpa kontrol ketat masyarakat akan berbuah perang hebat bahkan melebihi dahsyatnya Perang Dunia yang sudah 2 kali terjadi.

Halusinasi biasanya terjadi secara massal ketika kondisi perekonomian memburuk, harga harga membumbung tinggi, inflasi tak terkendali dan masyarakat tak mampu lagi membeli kebutuhan pokok.

Awalnya, Hitler hanyalah seorang prajurit biasa dengan pangkat kopral yang terluka dalam perang dunia pertama. Luka fisiknya sembuh, namun luka batinnya takkan pernah lenyap melihat kekalahan Jerman pada perang tersebut. Hitler kemudian berhenti dari tentara dan masuk sebuah partai yang menjadi cikal bakal Nazi.

Setelah berhasil mengatasi kekisruhan yang terjadi dalam partai, Hitler diangkat menjadi ketua partai dan mulai menyebarkan propaganda untuk keluar dari krisis ekonomi sekaligus menjadikan kembali Jerman yang jaya seperti masa lalu saat Bismarck berkuasa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline