Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Menanti Ide Brilian Senilai 51 Juta Rupiah

Diperbarui: 27 November 2019   05:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.

Bukan Presiden Jokowi namanya kalau tidak membuat gebrakan, termasuk mengangkat staf khusus dari kalangan milenial. Namun yang bikin julid bukan pekerjaannya, melainkan besaran gaji dan beberapa di antaranya adalah anak dari tokoh ternama negeri ini.

Saya tidak akan membahas asal-usul mereka karena sebagian juga berasal dari keluarga biasa yang berjuang luar biasa untuk memperoleh tempat di sisi presiden. Namun angka 51 juta tentu menggelitik jari untuk menulis artikel ini.

Dengan gaji sebesar 51 juta sebulan, tanpa kewajiban harus ngantor tiap hari, tentu harus ada produk luar biasa yang dihasilkan dari mereka. Sebagai perbandingan, gaji plus tunjangan seorang dirjen saja tak sampai 35 juta.

Padahal bicara tanggung jawab seorang dirjen jauh lebih besar dari staf khusus. Kalau terjadi sesuatu, misal jembatan ambruk, tentu seorang dirjen juga ikut bertanggung jawab.

Apalagi aparat di bawahnya yang bertanggung jawab langsung terhadap pekerjaan, penghasilannya tentu di bawah sang dirjen, sementara beban di pundaknya begitu besar.

Kesuksesan mereka membangun start up patut diacungi jempol karena di usia yang masih sangat muda sudah meraih sukses termasuk Angkie Yudistia yang merupakan wakil dari kaum difabel.

Keberhasilan inilah yang membuat presiden kepincut untuk merekrut mereka menjadi staf khusus, tentu dengan harapan agar dapat ditularkan di jajaran pemerintahan. Ide-ide kreatif dan segar yang selama ini mereka jalankan dapat menjadi katalisator untuk mempercepat gerak langkah pemerintah yang selama ini selalu dibilang lamban.

Akan tetapi jangan lupa, birokrasi ibarat ladang ranjau yang penuh "jebakan batman". Walau katanya hendak dipangkas, namun masih banyak peraturan yang harus diikuti agar tidak dianggap melanggar hukum.

Banyak kasus, terakhir mobil listrik, terjadi karena kreativitas yang terbelenggu oleh aturan yang kaku. Niatnya mungkin baik, namun karena tidak mengikuti prosedur birokrasi akhirnya terjerembab masuk jeratan hukum.

Inilah titik krusial yang harus diselesaikan sebelum ide-ide kreatif tersebut dijalankan. Untuk itulah mereka dibayar untuk menjembatani ide-ide kreatif dengan berbagai aturan yang siap menjerat.

Masalah nilai mungkin relatif, bisa dibilang terlalu murah untuk ukuran CEO sekelas mereka, namun bisa jadi dibilang mahal kalau hanya sekedar memberikan masukan tanpa langsung eksekusi di lapangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline