Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Penguasaan Data, Titik Lemah Tim Kampanye Prabowo-Sandi

Diperbarui: 11 Oktober 2018   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. (KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Data merupakan salah satu komponen penting dalam mendukung kampanye pilpres. Dukungan data membuat kita bisa menganalisis dan menyampaikan berbagai hal terkait untuk menunjukkan keberhasilan atau kegagalan suatu program.

Dengan data pula kita bisa menjelaskan sesuatu tanpa keraguan. 

Memang tidak semua data benar 100%, namun paling tidak sumber data tersebut bisa dipertanggungjawabkan apabila ada kesalahan, tidak asal kutip tanpa sumber yang jelas.

Sayangnya, tim kampanye Prabowo-Sandi masih saja mengedepankan persepsi dan emosi ketimbang data dalam menjelaskan suatu persoalan. Mereka masih mudah bereaksi negatif tanpa dukungan data yang kuat, hanya didasarkan katanya dan fakta sesaat. 

Contoh paling kasat mata adalah tertipunya mereka oleh salah seorang anggota tim kampanye mereka sendiri tanpa didukung data yang kuat. Tanpa penyelidikan dan hanya berdasarkan pengakuan mereka langsung konferensi pers tanpa dukungan data yang kuat. 

Akibatnya ketika terbongkar kebohongannya, terpaksa diselenggarakan konferensi pers lagi untuk mengklarifikasi dan meminta maaf setelah telanjur dipermalukan.

Dari kejadian beberapa minggu terakhir, termasuk perdebatan di Mata Najwa semalam, tampak sekali lemahnya penguasaan data yang dimiliki tim kampanye Prabowo-Sandi. 

Misal dalam menjelaskan harga sepiring nasi dan ayam goreng di Jakarta lebih mahal dari Singapura, mereka hanya mengatakan kata Bank Dunia tanpa diikuti dengan data-data yang terukur. 

Jauh berbeda dengan tim kampanye Jokowi-Ma'ruf yang langsung menjelaskan persentase perbandingan harga yang dikutip dari the economic intelligence, Singapura nomor satu harga makanan termahal di dunia. Kemudian hasil survey dari Numbeo menyebutkan biaya makan lebih rendah 61% dari Singapura, harga bahan mentah lebih rendah 31%.

Lalu saat Budiman Sudjatmiko mempertanyakan Prabowo yang menunda pembayaran gaji pada sebagian karyawan pabrik KK, tidak dijawab dengan data oleh Dahnil dan kawan-kawan tapi malah mengalihkan fokus pembicaraan. 

Demikian ketika kasus kebohongan Ratna Sarumpaet yang cukup diselesaikan dengan permintaan maaf, tim Prabowo-Sandi justru mengalihkan fokus pada kesalahan pengangkatan Archandra karena Jokowi "dibohongi" aparat di bawahnya, yang tidak jeli mencek kewarganegaraan beliau sebelum diangkat sebagai menteri.

Dahnil dan dr. Gamal, Tim Kampanye Milenial Prabowo-Sandi (Sumber: instagram gamalalbinsaid)

Jadi ketika diserang kelemahannya, bukan dijawab dengan data dan logika tapi justru mencari kelemahan lawan yang dianggap setara. Akhirnya yang terjadi hanya debat kusir karena masing-masing pihak tak mau mengalah atau mengakui kekurangannya. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline