Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Menikmati TransJakarta Gratis di Hari Kemerdekaan

Diperbarui: 18 Agustus 2018   20:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halte Trans Jakarta Senen Sentral (Dokpri)

Menggunakan Trans Jakarta menjadi kebiasaan sejak membuka jalur baru menuju Ciledug yang haltenya tak jauh dari kediaman saya. Keberadaan Trans Jakarta sangat membantu penduduk pinggiran kota dan perbatasan untuk beraktivitas ke tengah kota tanpa macet dan pengap. 

Dulu saya sering terpaksa menggunakan motor untuk sekedar kopdar atau nangkring karena sulitnya angkutan umum saat pulang ke rumah malam hari. Sekarang dengan adanya Trans Jakarta membuat saya lebih nyaman naik angkutan umum daripada membawa motor sendiri.

Ada yang aneh ketika menggunakan Trans Jakarta hari Jumat kemarin pas hari kemerdekaan, saldo kartu e-money saya tidak berkurang saat di-tap di pintu masuk halte. Tapi saya tidak begitu peduli, mungkin nanti berkurang di halte keluar, pikir saya saat menggunakan Trans Jakarta dari Ciledug menuju Blok M, lalu pindah bus menuju Monas, dan dari Monas menuju Kwitang untuk pindah ke bis biasa P20 karena saya hendak ke Taman Ismail Marzuki bertemu seorang Kompasianer senior.

Setiba di halte Kwitang, saya bertanya apakah bis jurusan Lebak Bulus lewat jalur tersebut. Petugas menjelaskan bahwa untuk naik bis tersebut harus turun di halte Senen Sentral yang terletak di bawah jembatan layang. 

Saya kemudian dipersilahkan masuk kembali ke halte dan petugas mengatakan kalau hari ini gratis alias tidak ada potongan di kartu. Saya baru ngeh ternyata memang saldo kartu e-money tidak terpotong saat itu, padahal sebelum berangkat baru saja mengisi ulang seratus ribu Rupiah karena saldo tinggal sembilan ribu Rupiah saja.

Sayapun kembali naik busway menuju halte Senen Sentral dan pindah bus feeder ke arah Lebak Bulus dan turun di halte TIM. Bus feeder ternyata juga gratis hari itu kalau naik dari halte Trans Jakarta, karena ada ibu-ibu naik dari halte biasa ternyata ditagih ongkos oleh kondekturnya. Tak sampai setengah jam bus tiba di halte TIM dan saya turun di halte tersebut.

Setelah kopdaran bareng Kompasianer lain sambil menunggu pagelaran memperingati Rendra, saya harus melanjutkan perjalanan untuk kondangan di Bidakara. Karena lama menunggu bus feeder, saya terpaksa naik P20 untuk menuju Kuningan sebelum pindah naik busway ke arah Pancoran. Dari halte Kuningan ke Pancoran Barat tidak terlalu jauh, hanya selisih satu halte yaitu Tegal Parang saja. 

Namun dari halte Pancoran Barat ke Bidakara lumayan jauh juga jalan kakinya dan baju batik yang dikenakan agak sedikit berkeringat. Mungkin saya satu-satunya tamu yang naik busway kondangan, karena hari itu masih berlaku ganjil genap karena Asian Games sehingga tampak beberapa mobil diberhentikan polisi karena berplat genap.

Saya agak khawatir juga karena baru selesai kondangan pukul delapan seperempat malam, apakah masih ada busway ke arah Ciledug atau tidak. Kalau tidak ada terpaksa harus naik taksi karena pasti ribet bila harus naik busway ke arah Blok M dari Pancoran. 

Untunglah petugas halte meyakinkan bahwa masih ada busway ke arah Ciledug, cuma memang agak lama menunggu. Sambil menunggu saya sempatkan shalat Isya dulu yang tersedia di halte busway Tendean. Tak lama usai sholat busway datang dan hampir penuh penumpang. Sayapun harus berdiri hingga Ciledug walau bisa saja menunggu bus berikutnya namun sayang kalau harus membuang waktu di halte.

* * * *

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline