Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Ririungan Sadudulur, Tradisi Kumpul Keluarga Saat Lebaran

Diperbarui: 15 Juni 2018   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkenalan Keluarga Besar pada Acara Ririungan Sadudulur (Dokpri)

Sejak menikah, saya lebih sering berlebaran bersama keluarga istri di Bandung ketimbang di rumah orang tua di Jakarta. Bukan apa-apa, karena memang keluarga istri jauh lebih besar dan banyak, sementara keluarga saya termasuk keluarga kecil, jadi cukup ketemu sehari setelah sholat Ied lalu kami sekeluarga pergi ke Bandung.

Ada satu tradisi unik di keluarga istri, yaitu kumpul sanak saudara dan handai taulan pada setiap hari ketiga setelah lebaran atau tanggal 3 Syawal. Sebenarnya tidak ada nama baku, cuma supaya mudah diingat, sebut saja acaranya Ririungan Sadudulur alias kumpul-kumpul sesama saudara yang berasal dari satu keturunan. Setelah dirunut-runut, ternyata keturunan embah buyut alias apak umina kakek jumlahnya sudah ratusan sehingga perlu adanya suatu acara untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama saudara.

Waktu berkumpulnya ditetapkan setiap tanggal 3 Syawal karena biasanya kalau tanggal 1 dan 2 masing-masing keluarga kecil bersilturahmi di antara satu kakek nenek dulu, dan juga bersilaturahmi ke keluarga pasangannya. Diharapkan setelah hari ketiga seluruh keluarga besar yang sudah bertebaran di muka bumi dapat berkumpul di satu tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Biasanya kami berkumpul di Ciawi, Tasikmalaya, di bekas rumah embah buyut dulu karena masih banyak saudara yang tinggal di daerah tersebut.

Namun seiring perkembangan waktu, tempat bisa digilir ke tempat saudara lain yang masih tinggal di seputaran Bandung Raya. Kadang diadakan di Bandung, kadang juga di Rajamandala, atau di Garut. Semua kebagian giliran setiap tahunnya dengan cara diundi seperti arisan, yang belum kebagian berpeluang besar jadi tuan rumah untuk acara tahun berikutnya.

Setiap tahun ada saja penambahan keluarga baru, atau cucu baru, atau cicit baru. Ada yang baru menikah, ada pula yang baru punya bayi, semuanya dibawa ke acara untuk diperkenalkan kepada keluarga besar. Semua berkumpul di satu tempat, kalau di Ciawi ada lapangan besar yang dapat memuat seluruh anggota keluarga. Namun bila di tempat lain, kadang-kadang tempatnya agak sempit sehingga harus pinjam rumah tetangga yang sedang mudik.

Acaranya sendiri diawali dengan sambutan para sepuh yang dituakan oleh masing-masing keluarga, dilanjutkan dengan perkenalan anggota keluarga masing-masing. Lalu setelah itu ada tausiyah singkat dari ulama yang masih tergolong anggota keluarga juga. Kemudian setelah itu diadakan arisan keluarga dan mengundi tempat acara untuk tahun berikutnya. Acara diakhiri dengan doa dan makan siang bersama keluarga besar. Bisa dibayangkan dari satu orang saja bisa tumbuh menjadi ratusan ketika berkumpul semua.

Alhamdulillah sampai tahun ini tradisi tersebut masih terus dilaksanakan. Tahun ini kebetulan diselenggarkan kembali di Ciawi, jadi yang dataang bakal lebih banyak karena sekalian pulang kampung bagi yang merantau di daerah lain. Semoga tahun-tahun mendatang acara ini tetap bertahan di tengah arus individualisme dan tak tergantikan oleh kehadiran gawai.

Kami sekeluarga mengucapkan Selamat Raya Aidil Fitri 1439 H, Bolehlah Kita Saling Bermaafan, buat para Kompasianer semua.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline