Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Menyusuri Jejak Tsunami di Meulaboh

Diperbarui: 8 Juni 2018   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah anak bermain di area Monumen Tugu Kupiah Meukeutop (Topi Kebesaran) di Desa Pasi Suak Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Rabu (14/12). Monumen lambang daerah Kabupaten Aceh Barat tersebut merupakan tempat bersejarah lokasi gugurnya Pahlawan Nasional Teuku Umar saat melawan pasukan Belanda pada 11 Februari 1899. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/kye/16.

Bencana tsunami di Aceh merupakan salah satu bencana dengan jumlah korban terbesar di dunia selain perang. Kota Meulaboh termasuk wilayah yang paling parah terkena tsunami karena hampir 80% bangunan rusak parah bahkan hancur diterjang ombak. Kini setelah 13 tahun berlalu kondisinya berangsur-angsur membaik, bahkan nyaris tak tampak lagi bekas-bekasnya.

Tugu Topi Teuku Umar (Dokumentasi Pribadi)

Saya berkesempatan mengunjnngi Meulaboh untuk meninjau pekerjaan yang sedang dibangun di kabupaten Nagan Raya yang bersebelahan dengan kabupaten Aceh Barat.

Jalan Mulus (Dokumentasi Pribadi)

Dari Banda Aceh kita menyusuri pantai barat yang dulu terkena dampak berat tsunami menuju ke Meulaboh dengan waktu tempuh sekitar lima jam perjalanan. Jalan yang dilalui boleh dikatakan mulus bahkan lebih mulus dari jalan tol di Jawa. Kita bisa memacu kendaraan di atas 100 km/jam bila tidak ada kerbau atau sapi melintas.

Pemandangan Pantai yang Indah (Dokumentasi Pribadi)

Jalanan tidak terlalu ramai sehingga kita bisa melaju cukup kencang. Pemandangan pantainya sangat indah dan perjalanan pun bervariasi mulai jalan datar, kemudian sedikit memasuki perbukitan dengan jalan berkelok menembus Gunung Geurutue yang indah. Kami sempat mampir ngopi sejenak sambil menikmati pemandangan pantai yang sangat indah dari tebing bukit. 

Kebetulan matahari menjelang terbenam jadi pas sekali waktunya mengambil foto sunset. Kami tiba di Meulaboh sekitar jam 9 malam dan langsung menuju penginapan untuk  beristirahat hingga esok pagi. 

Gedung Bekas Terdampak Tsunami (Dokumentasi Pribadi)

Setelah urusan pekerjaan selesai, siangnya kami mencoba menyusuri jejak tsunami yang tersisa di kota Meulaboh. Nyaris tak tampak lagi bekas-bekas tsunami di pusat kota. Kehidupan sudah berjalan normal seperti biasa dan banyak bangunan baru atau diperbarui bermunculan seperti tak ada tanda-tanda bekas serangan tsunami. Tampak masjid Nurul Huda yang selamat dari amukan tsunami masih berdiri kokoh dan tampak lebih cantik.

Masjid Nurul Huda yang Selamat dari Tsunami (Dokumentasi Pribadi)

Jejak tsunami baru terasa ketika kami mulai menyusuri pantai Ujong Karang. Tampak bangunan seperti bekas sekolah atau asrama masih berdiri namun sudah jebol sebagian diterjang air laut. 

Lalu terlihat juga bekas perkantoran yang masih tersisa setelah dilahap air laut tak jauh dari bangunan pertama. Alang-alang tampak mengubur lahan bekas bangunan yang telah rata dengan tanah. Sementara beberapa ratus meter di depan, dekat pantai terdapat kuburan massal korban keganasan tsunami.

Bangunan Kantor Terkena Tsunami (Dokumentasi Pribadi)

Tak jauh dari pantai Ujong Karang terdapat tugu topi Teuku Umar, yang konon di tempat itulah beliau ditembak mati oleh Belanda tahun 1899. Namun posisi sekarang ini sudah bergeser dari posisi semula yang tenggelam karena tsunami. 

Perjalanan dilanjutkan menyisir pantai lalu berbelok kembali ke arah kota untuk menuju ke Banda Aceh. Di sepanjang pantai tampak beberapa warung kembali dibangun untuk nangkring sambil ngopi menikmati suasana pantai. Namun karena cuaca masih panas kami urungkan niat untuk ngopi di tempat tersebut.

Makam Massal Korban Tsunami (Dokumentasi Pribadi)

Tsunami memang menyisakan duka yang mendalam bagi Bangsa Indonesia. Namun kita harus angkat topi kepada masyarakat Aceh yang cepat bangkit dan berusaha melupakan tragedi tersebut. Perekonomian sudah kembali normal, lalulintas juga semakin ramai menandakan geliat pertumbuhan daerah semakin pesat. Tak ada lagi tangis dan duka, berganti dengan wajah ceria menatap masa depan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline