Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Stasiun Tugu Yogyakarta Riwayatmu Kini

Diperbarui: 7 Mei 2018   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tampak Depan Stasiun Tugu (Dokpri)

Sekitar dua minggu lalu saya baru saja kembali dari Yogyakarta menggunakan kereta api Argo Lawu. Kereta Argo atau eksekutif atau bisnis selalu berhenti di stasiun Tugu, sementara kereta ekonomi berhenti di stasiun Lempuyangan. Stasiun Tugu juga merupakan pusat kegiatan dari Daops VI Yogyakarta yang melayani operasional kereta api yang melintasi wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, mulai dari Wates hingga Solo Balapan.

Ruang Tunggu Stasiun (Dokpri)

Sudah lama saya tidak menggunakan kereta api, terakhir sekitar enam tahun lalu dari stasiun yang sama. Sekilas tidak tampak perubahan besar dari stasiun Tugu karena memang bangunannya dilindungi sebagai cagar budaya sehingga tidak bisa diubah bentuk aslinya. Namun ada beberapa hal baru yang mulai terlihat sejak dari pintu depan stasiun.

Tulisan Stasiun Yogyakarta (Dokpri)

Pertama tulisan Stasiun Yogyakarta yang dibuat kekinian yaitu dengan susunan huruf besar dan serta patung lokomotif tua di atas pos penjagaan. Kemudian masuk ke halaman stasiun tak banyak lagi kendaraan parkir di situ. Sepertinya tempat parkir pindah ke seberang jalan, menyatu dengan parkiran Malioboro, atau di sebelah selatan stasiun. Bangunannya sendiri tampak lebih putih dan bersih serta terawat rapi seperti telah dipugar.

Selamat Datang di Stasiun (Dokpri)

Masuk ke dalam stasiun, ada panel bertuliskan 'Sugeng Rawuh' disertai gambar andong beserta pengemudinya. Dari panel tersebut kita bisa melangkah ke kiri untuk menuju jalur 1, 2 dan 3, atau ke kanan menuju jalur 4 dan 5. Lalu ada kilasan sejarah stasiun Tugu yang pernah menjadi saksi sejarah pada masa perang kemerdekaan serta kursi panjang tempat transitnya Perdana Menteri Sjahrir sebelum berangkat ke Jakarta.

Kursi Bersejarah Serta Panel Dokumentasinya (Dokpri)

Secara umum penampakan dalam stasiun masih seperti enam tahun lalu, yang berubah adalah model check in yang diterapkan di semua stasiun kereta api sejak masa Jonan memimpin KAI. Kemudian panel-panel petunjuk yang lebih modern dan mudah dibaca oleh calon penumpang kereta api berwarna biru yang digantung di atas tiang tanpa plafon.

Rumah Makan di Tengah Stasiun (Dokpri)

Ruang tengah masih dipakai sebagai rumah makan dan kantor kepala stasiun, serta beberapa kafe tempat nangkring sambil menanti datangnya kereta api. Hanya ada tambahan tempat bermain anak di bagian belakang dekat dengan toilet umum. Ruang tunggu juga tidak berubah, hanya berganti kursi seperti di ruang tunggu bandara. Seluruh bangunan masih seperti dulu dan semakin terawat rapi demi menjaga nilai sejarah yang harus dilestarikan.

Taman Bermain Anak (DokprI)

Sejak revolusi mental berlaku di kereta api, suasana stasiun tampak lebih tertib dan teratur. Loket pemesanan tiket tampak tidak terlalu ramai walau jumlah penumpang tampak penuh di dalam. Sebagian besar sepertinya sudah membeli tiket secara online dan tinggal mencetak boarding pass di depan pintu masuk stasiun. Tidak terdengar lagi suara calo seperti enam tahun lalu yang menawarkan tiket di akhir minggu. Sungguh nyaman menggunakan kereta api sekarang ini. Sayangnya sekarang tidak bisa lagi dadakan datang ke stasiun karena pada hari-hari tertentu selalu penuh dan tidak ada lagi tiket berdiri seperti dulu.

Selasar Stasiun Yogyakarta (Dokpri)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline