Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Membangkitkan Kembali Siaran Harga Sembako ala Harmoko

Diperbarui: 14 April 2018   05:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Terlepas dari berbagai kekurangan yang terjadi, harga barang kebutuhan pokok atau disebut sembako di zaman orde baru relatif stabil. Salah satunya adalah adanya pengumuman harga sembako di seluruh Indonesia melalui RRI yang disampaikan oleh Menteri Penerangan ternama zaman itu, Harmoko. Beliau rajin untuk mengumumkan harga-harga sembako di pasar-pasar induk seluruh negeri tanpa kecuali.

Masih lekang dalam ingatan saya, ketika mendengar radio hampir setiap jam mereka diwajibkan merelay siaran berita dari RRI. Selepas siaran berita biasanya diumumkan harga sembako hari itu, mulai dari cabe keriting, tomat, kol tanpa daun, bawang merah, bawang putih, dan sebagainya.

Harganya memang bervariasi tergantung cuaca dan musim, tapi rata-rata selisihnya tidak terlalu jauh sehingga dapat dihitung harga rata-rata nasional setiap harinya.

Di era yang dianggap tertutup terhadap informasi, justru harga sembako diumumkan secara terbuka, transparan, dan konsisten. Setiap hari setelah siaran berita RRI yang di relay oleh seluruh stasiun radio di Indonesia (kalau tidak salah ingat sekitar jam 9 pagi dan jam 3 sore), selalu ada pengumuman harga-harga sembako tersebut tanpa kecuali, walau ada beberapa radio memotong bagian tersebut dan hanya merelay beritanya saja.

Harga yang transparan membuat pasar menjadi stabil karena pedagang tidak bisa mengakali harga seenaknya. Kondisinya mirip pasar saham, ketika musim panen harga bisa turun walau tidak terlalu drastis, demikian pula saat musim paceklik harga bisa naik tapi tetap terkontrol, tidak gila-gilaan seperti sekarang ini. Mungkin inilah satu-satunya keterbukaan informasi yang terjadi di zaman orde baru.

Harmoko juga menginisiasi pembentukan kelompencapir, semacam kelompok tani yang menjadi pendengar, pembaca, sekaligus pemirsa siaran RRI dan TVRI. Forum kelompencapir digunakan untuk saling bertukar informasi mengenai pertanian, mulai dari cara menanam hingga memanen dan menjualnya ke pasar. Setiap minggu forum ini disiarkan oleh TVRI dan dilakukan secara bergiliran oleh kelompok tani di setiap daerah yang berbeda.

Orde baru berganti, Harmokopun ikut tersingkir dari arena politik negeri. Siaran langsung harga sembako dan kelompencapir turut lenyap tanpa bekas sama sekali. Hari ini sesekali saya masih mendengar ada pengumuman harga dari RRI, tapi tidak direlay secara nasional oleh radio lain dan hanya pada beberapa pasar induk saja, tidak seluruh Indonesia.

Akibatnya harga menjadi tidak transparan dan mudah sekali dipermainkan oleh tengkulak yang menguasai pasar. Sungguh aneh memang, di era transparansi informasi sekarang ini, justru harga sembako semakin sulit diperoleh dibanding gosip dan hoax yang cepat menyebar.

Untuk menstabilkan kembali harga pasar sembako atau sekarang disebut barang kebutuhan pokok, rasanya perlu dipertimbangkan kembali gaya Harmoko dalam mengumumkan harga sembako. Suaranya yang khas nyaris tiap hari menggema ke seluruh Indonesia mengumumkan harga cabe keriting, kol tanpa daun, bawang merah, bawang putih, tomat.

Mungkin tidak harus melalui siaran radio, tapi bisa diumumkan melalui situs web harga-harga barang kebutuhan pokok seperti laiknya harga saham atau mata uang yang bisa diakses melalui internet.

Anggaplah harga barang kebutuhan pokok seperti mata uang yang bisa naik turun dalam sehari, namun tetap bisa dikontrol harganya dari Sabang sampai Merauke melalui aplikasi berbasis web. Dengan adanya kontrol harga tersebut, pemerintah bisa menentukan batas atas dan batas bawah harga barang kebutuhan pokok seperti yang pernah dilakukan negeri jiran untuk menstabilkan harga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline