Jalan-jalan ke luar negeri tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit, apalagi nilai tukar Dollar saat ini sedang menguat. Namun bukan berarti bahwa keinginan tersebut urung dilaksanakan gara-gara biaya tinggi. Ada beberapa cara untuk berhemat namun tetap bisa nyaman walau dalam kondisi minimalis. Berhemat bukan berarti murah, namun lebih ditekankan untuk mengurangi pengeluaran buat hal-hal yang tidak terlalu penting dan/atau bisa disubstitusi dengan hal lain.
1. Jalan Kaki
Di luar negeri terutama di negara yang sudah maju, jalan kaki menjadi hal biasa bagi penduduk setempat. Biasanya obyek-obyek menarik di pusat kota letaknya berdekatan dalam radius 2-3 Km sehingga bisa dijelajahi dengan berjalan kaki. Apalagi di negara yang hurufnya tidak menggunakan latin seperti Tiongkok, Jepang, Myanmar (walau di beberapa tempat sudah dua bahasa), jalan kaki merupakan cara efektif daripada naik angkutan umum yang tidak memiliki petunjuk dalam huruf latin.
Berdasarkan pengalaman saya bisa berjalan kaki sekitar 5-10 km setiap harinya saat jalan-jalan di luar negeri. Pernah suatu kali saya terpaksa berjalan kaki dari Terminal 2 ke Terminal 1 Bandara Kota Kinabalu yang berjarak 5 Km, karena waktu subuh tidak ada angkutan umum, sementara taksi cukup mahal dan jarang dijumpai di pagi hari. Di Singapore, KL, atau Bangkok saya cukup berjalan kaki saja, paling kalau agak jauh sedikit gunakan MRT atau bis untuk menghemat waktu.
2. Maksimalkan Wifi
Saya tidak pernah membeli SIM card di luar negeri baik untuk internetan atau nelpon/SMS. Rata-rata setiap hotel sudah dilengkapi wifi gratis, atau kalau tidak ada bisa nangkring di kafe yang menyediakan wifi. Sekarang dengan WA kita sudah bisa mengirim pesan atau telpon walau kualitas suaranya tidak terlalu bagus. Bahkan di Tiongkok yang memblokir Google, FB, Twitter dsb, saya masih bisa update status dengan menggunakan VPN melalui wifi hotel. Jadi kalau tidak penting-penting amat, apalagi cuma sekedar update status, tahan sedikit untuk melakukannya melalui wifi gratis di hotel.
3. Ikut tour lokal
Ada beberapa obyek wisata yang letaknya jauh dari kota dan sulit dijangkau menggunakan angkutan umum, sehingga kita harus ikut grup tur agar bisa share angkutan bersama walau tak saling kenal. Ketika hendak melihat Cu Chi Tunnel di Vietnam, saya ikut grup tur berisi 16 orang bersama dengan wisatawan asing lain dari berbagai negara. Harganya bisa lebih murah daripada jalan sendiri karena tidak ada angkutan umum dan harus menyewa mobil sendiri. Demikian pula waktu di Cappadocia dan Pamukkale, Turki, lebih hemat ikut tur lokal karena bisa menjangkau beberapa obyek sekaligus dalam satu grup. Selain berhemat kita juga bisa mendapat kenalan baru sesama wisatawan dari negara lain dan bertukar pengalaman.
4. Kurangi makan/minum
Saya sering 'berpuasa' dalam arti tidak makan atau minum dalam perjalanan. Terkadang makan hanya sekali sehari di malam atau pagi hari. Minumpun dihemat kalau benar-benar haus karena terik matahari, dan minumannya diupayakan tidak memancing beser. Saya hanya makan dan minum secukupnya agar tidak buang air dalam perjalanan, karena saya termasuk alergi toilet kotor. Alhamdulillah waktu di Tiongok dan India nyaris belum pernah menjajal toilet umum kecuali di kereta api dan bandara. Jadi seperti tentara, makan dan minum sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan agar pas terurai dalam tubuh, tidak bersisa sehingga harus dikeluarkan di toilet.
5. Menginap di dormitory/hotel kapsul/kamar single