Baru- baru ini terjadi kecelakaan yang memakan korban cukup besar di tanjakan Emen Subang yang terkenal angker tersebut. Sebelumnya juga sudah sering terjadi kecelakaan serupa di kawasan Puncak maupun daerah tanjakan/turunan lainnya. Alasannya nyaris selalu sama, kalau tidak rem blong ya supir mengantuk.
Kita lihat di layar televisi saat breaking news di lokasi kecelakaan. Setelah melaporkan kejadian secara live, kemudian siaran dilanjutkan dengan memaparkan angka-angka statistik dari kejadian-kejadian serupa sebelumnya, baik di lokasi yang sama atau jenis kecelakaan yang sama. Muncullah angka jumlah korban meninggal, luka berat, luka ringan, dan selamat. Aparat segera bertindak mencari siapa yang harus dijadikan tersangka pada setiap kejadian tersebut.
Nyawa manusia seolah hanya hitungan statistik belaka nyaris tanpa makna selain hanya sebagai pemberitahuan semata. Tindak lanjut dari kejadian paling jauh adalah vonis hakim yang menghukum terdakwa yang dianggap lalai sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan. Terkadang malah bisa jadi case closed sebelum waktunya saat media lengah memberitakan tindak lanjut dari peristiwa kecelakaan tersebut karena beritanya sudah tidak bernilai jual lagi.
Beberapa saat setelah kejadian, suasana kembali menjadi business as usual seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Nyaris tidak ada upaya tindak lanjut untuk mencegah terjadinya kecelakaan, mulai dari pengetatan uji KiR kendaraan, pemberian SIM bagi pengemudi angkutan umum yang lebih selektif, serta perbaikan penghasilan dan rotasi para pengemudi agar tetap fit saat menjalankan tugasnya. Pengalihan jalur rawan kecelakan atau pemasangan rambu bahaya juga kadang diabaikan walau telah berkali-kali terjadi kecelakaan.
Hitungan statistik sejatinya berfungsi sebagai bahan analisis untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka peningkatan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. Misalnya dalam rangka mengurangi atau bahkan menihilkan kecelakaan, maka hitungan statistik dapat dijadikan dasar untuk mengubah rute atau membuat jalan alternatif, seperti di Nagrek atau Alas Roban. Agar angka statistik tersebut berguna maka harus dilakukan analisis sebab akibat serta alternatif solusi pemecahan masalahnya.
Semoga kejadian yang merenggut manusia tidak sekedar menjadi basis data statistik belaka, namun dijadikan pijakan untuk melakukan perbaikan menyeluruh terhadap manajemen lalu lintas maupun infrastrukturnya. Manusia bukanlah kelinci percobaan yang hanya pasrah kehilangan nyawa akibat tidak adanya perbaikan sistem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H