Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Sistem Pembayaran Tol Tunggal Ternyata (Tak) Mengurangi Kemacetan

Diperbarui: 17 Februari 2018   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Saat awal jalan tol dibangun, konsep pembayarannya adalah berdasarkan jarak tempuh, semakin jauh semakin mahal kita membayar. Saat itu hanya jalan tol dalam kota yang menggunakan sistem pembayaran tunggal alias satu tarif jauh dekat. Lama kelamaan volume kendaraan meningkat menyebabkan kemacetan luar biasa terutama pada gerbang tol pembayaran, karena butuh waktu untuk memproses pembayaran seperti di kasir. Melihat keberhasilan jalan tol dalam kota, pengelola tol mulai mencoba ke beberapa ruas lain di sekitar Jabodetabek.

Ruas pertama setelah tol dalam kota adalah Jalan Tol JORR yang awalnya menggunakan sistem jarak tempuh diubah menjadi sistem tunggal, apalagi setelah terkoneksi dengan Petukangan dan Jalan Tol JLB ke arah bandara. Kemudian menyusul Jalan Tol Jakarta - Cikarang, lalu diikuti oleh Jalan Tol Jakarta - Tangerang, terakhir Jalan Tol Jagorawi. Niatnya jelas selain mempermudah proses pembayaran, juga mengurangi antrian di gerbang tol.

Kemacetan tak juga terurai sehingga sistem pembayaran kembali diubah, kalau dari Jakarta membayar di pintu keluar, kalau dari luar Jakarta membayar di pintu masuk. Namun ternyata kemacetan masih saja tetap terjadi, bahkan lebih parah. Anehnya, kemacetan justru terjadi sebelum memasuki bekas gerbang utama tol yang sudah dihancurkan (selain Jatibening). 

Beberapa kali saya dari arah Tangerang menuju Jakarta, kemacetan terjadi justru saat menjelang eks gerbang tol Karang Tengah, padahal sudah tidak ada lagi pembayaran di sana. Demikian pula Jagorawi, kemacetan terjadi menjelang eks gerbang tol Cibubur yang sudah akan dilebur menjadi jalan lurus dari arah Jakarta. Saya tidak mengerti apakah ini sebuah halusinasi atau karena reflek para pengemudi komuter yang merasa gerbang tolnya masih ada sehingga harus mengurangi kecepatan kendaraan.

Selain jalan tol Jakarta Cikampek yang memang sedang dalam tahap peningkatan kualitas, dengan sistem pembayaran tol tunggal seharusnya kemacetan bisa berkurang, bukan justru malah bertambah. Kalau diperhatikan lebih jauh, ternyata salah satu penyebab jalan tol masih macet selain penambahan volume kendaraan adalah disiplin para pengemudi terutama kendaraan berat yang memaksakan diri menyalip dan tidak kembali lagi ke jalurnya sehingga menutupi gerak kendaraan yang lebih cepat. Percuma dilebarkan karena semakin lebar semakin banyak lajur yang dipakai oleh kendaraan berat dan hanya menyisakan satu lajur saja untuk kendaraan pribadi.

Selain itu adanya persimpangan dengan tol lain menyebabkan perlambatan karena penyempitan jalur untuk menuju ke arah simpangan sehingga menutup lajur kendaraan yang lurus. Misalnya setelah eks gerbang tol Karang Tengah ada persimpangan dengan Tol JORR dan tol arah bandara sehingga menutupi arus kendaraan yang menuju arah Kebon Jeruk. Sering terlihat setelah persimpangan tersebut jalan tol kembali lancar, padahal sebelumnya macet dan butuh waktu satu jam lebih hanya untuk menempuh enam kilometer di jalan tol.

Setelah penerapan e-toll yang ternyata juga tidak mengurangi kemacetan, sudah saatnya pengelola tol memikirkan cara lain untuk meminimalisir kemacetan agar jalan tol kembali ke khittahnya sebagai jalan bebas hambatan, bukan jalan bebas menghambat. Percuma bayar mahal kalau waktu tempuhnya sama, bahkan lebih lama dari jalan biasa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline