Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Surat Sakitpun Ternyata Ada Sindikatnya

Diperbarui: 22 Januari 2018   00:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: kompas.com

Kemajuan teknologi selalu meninggalkan dua sisi mata uang. Di satu sisi memang membantu memudahkan pekerjaan manusia, di sisi lain justru menjadi beban baru manusia. Baru saja saya menonton acara Gelar Perkara di Kompas TV yang sedang membahas surat keterangan sakit palsu yang ditelusuri dari kasus Setnov. Sejujurnya yang membuat saya cukup kaget adalah bahwa ternyata ada sindikat yang khusus beroperasi membuat surat keterangan sakit palsu. 

Sindikat tersebut ternyata memiliki basisdata rumah sakit dan dokter beserta kop surat dan amplopnya sekaligus. Dari sinilah mereka menjual keahlian memalsukan surat keterangan dokter melalui internet. Harganya juga cukup murah, hanya sekitar 25 - 50 Ribu Rupiah saja per surat. Transaksinya hanya dapat dilakukan melalui internet dan tidak bisa COD alias ketemu muka. Cukup pesan sesuai jadwal yang diinginkan beserta jenis penyakitnya, nanti mereka tinggal mencarikan dokter dan rumah sakit yang tepat. Bahkan reseppun bisa mereka buat sesuai dengan jenis penyakitnya.

Kecanggihan teknologi memang memudahkan sekelompok orang bersindikasi untuk memalsukan sesuatu termasuk uang dan surat menyurat. Memang semakin aneh saja orang Indonesia ini. Kalau sindikat uang palsu, vaksin palsu, obat palsu, mungkin masih masuk akal karena sifatnya masif dan terstruktur. Lah ini 'cuma' sekedar surat sakit saja sampai ada sindikatnya. Padahal bikin sendiri juga tidak susah-susah amat, tinggal pindai contoh surat sakitnya, edit sedikit dengan aplikasi, lalu cetak ulang, selesai sudah.

Namun ternyata surat keterangan palsu ini tidak sekedar untuk bolos kerja, tapi juga untuk menghindari panggilan pihak berwajib seperti Setnov. Jadi kasusnya lebih canggih lagi tidak semata memindai surat, tapi dibuat semasuk akal mungkin agar para pihak berwenang mempercayai surat tersebut dan bisa dikonfrontir. Oleh karena itu wajarlah bila harus dikoordinir dalam satu sindikat tertentu agar bisa meyakinkan para pihak tentang 'keaslian' nya.

Saya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat beberapa kejadian pemalsuan akhir-akhir ini. Apapun bisa dipalsu dan dibikin semirip dengan aslinya sehingga nyaris sulit membedakan mana yang asli mana yang palsu. Jadi masalahnya terletak pada semakin rusaknya moral bangsa, bukan pada kasus pemalsuannya. Hanya demi mengais rezeki yang tak berapa besar seperti kasus pemalsuan ini, mereka rela menggadaikan harga dirinya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline