Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Tersesat di Kota Kelahiran Dr Mahathir Mohammad

Diperbarui: 8 Januari 2018   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menara Alor Setar (Dokpri)

Sebenarnya saya hanya transit saja di Alor Setar yang merupakan kota kelahiran mantan PM Malaysia Tun Dr. Mahathir Mohammad. Dari KL saya berniat ke Langkawi, namun tak seru rasanya kalau hanya berada di pesawat terbang terus menerus. Saya mencoba jalan darat dari bandara KLIA menuju Kuala Kedah sebelum menyeberang ke Langkawi dengan ferry.

Stasiun Kereta Api Butterworth (Dokpri)

Sengaja saya pilih penerbangan malam hari untuk mengirit penginapan karena dari KLIA ada terminal bis yang menuju ke arah Kuala Kedah. Sayangnya ketika tiba di terminal yang berada di lantai dasar bandara, tidak ada bus langsung ke Kuala Kedah, yang ada ke Alor Setar, itupun baru pagi hari berangkat. Daripada menunggu lama, saya putuskan untuk sambung menyambung, dari bandara ke Butterworth naik bis, lalu disambung naik kereta ke Alor Setar.

Menara Nobat (Dokpri)

Dari KLIA perjalanan memakan waktu sekitar lima setengah jam, berangkat jam satu malam dan tiba di Butterworth jam setengah tujuh pagi. Enaknya transit di Butterworth karena terminalnya terpadu antara bis, stasiun kereta api, dan penyeberangan ferry ke Georgetown, Pulau Pinang. Pas banget keretanya berangkat pukul 07.11 WIT, jadi tak perlu menunggu lama, setelah solat subuh (disana subuh baru jam enam lewat) langsung naik kereta komuter yang menempuh waktu sekitar satu setengah jam saja.

Stasiun Kereta Api Alor Setar (Dokpri)

Tiba di stasiun Alor Setar, saya agak sedikit bingung mencari terminal bis untuk menuju Kuala Kedah. Susahnya di Malaysia, saya belum pernah menemukan ojek dan angkot di kota besar macam ni. Di depan stasiun memang tersedia taksi, tapi selain mahal juga ga asyik rasanya kalau belum merasa tersesat di kota yang baru didatangi. Ya sudah saya berprinsip let's get lost saja, begitu keluar dari stasiun langsung menuju ke arah jalan besar dengan mengandalkan google maps.

Suasana Jalan dan Bangunan Tua di Alor Setar (Dokpri)

Tujuan pertama saya berjalan kaki ke arah alun-alun kota, karena biasanya ada halte bis ke segala arah. Lumayan jauh juga tapi di tengah perjalanan pemandangan kotanya begitu indah, perpaduan antara bangunan modern dengan bangunan tradisional yang masih terjaga, serta lalu lintas kota yang tidak terlalu ramai seperti di kota sekelas Bandung atau Semarang ini. Trotoarnya juga bersih dan bebas dari PKL sehingga nyaman berjalan kaki tanpa gangguan berarti, hanya panas yang mulai menyengat membuat tubuh lekas lelah dan haus menyerang.

Masjid Zahir (Dokpri)

Beberapa bangunan lama yang saya temui diantaranya Masjid Zahir atau Masjid Negeri, kalau disini mungkin disebut Masjid Agung, kemudian ada menara Jam Besar, Balai Nobat, Mahkamah Tinggi atau Galeri Sultan Abdul Halim Mu'adzam Shah, dan Muzium Negeri Kedah. Arsitektur bangunannya, kecuali masjid, sangat terpengaruh gaya gothik Eropa. Maklum bekas jajahan Inggris, jadi model bangunannya juga mengikuti gaya mereka. Tidak tampak alun-alun kota, tapi bangunan tersebut letaknya berdekatan sehingga saya anggap perempatan di depannya sebagai pusat kota.

Menara Jam Besar (Dokpri)

Tak jauh dari pusat kota terdapat Menara Alor Setar setinggi 165,5 meter yang menjadi landmark kota ini. Konon menara ini tertinggi nomor dua (setelah KL Tower) di Malaysia (tidak termasuk Petronas karena berupa gedung) dan nomor 22 di dunia. Sayangnya masih terlalu pagi sehingga saya tidak sempat naik ke puncaknya. Di depannya terdapat taman yang mungkin berfungsi sebagai alun-alun kota, serta di sisi lainnya terdapat pusat perbelanjaan modern.

Gedung Mahkamah TInggi (Dokpri)

Setelah satu jam lebih berkeliling pusat kota, saya kembali ke halte di depan gedung UMNO untuk menunggu bis jurusan Kuala Kedah. Awalnya hendak mampir ke tempat kelahiran Dr. Mahathir, tapi karena tak ada ojek maka niat tersebut terpaksa diurungkan. Kebetulan pas mendekati halte tampak bis sedang ngetem sejenak dan nyaris berangkat saat saya beri lambaian tangan. Untungnya sopir melihat lambaian tangan saya, dengan setengah berlari saya segera menghampiri bis dan menaiki serta bertanya pada supir apakah bis ini menuju Kuala Kedah. Supir bispun mengangguk dan saya langsung duduk di kursi di belakang supir bis sekalian wanti-wanti kalau saya turun di pelabuhan ferry. 

Platform Stasiun Kereta Api Alor Setar (Dokpri)

(Bersambung)



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline