Hari Sabtu dikenal sebagai Harkonas alias Hari Kondangan Nasional, mulai dari pernikahan, sunatan, hingga reunian. Biasanya acara kondangan dilaksanakan di aula atau ballroom sebuah hotel atau mal, atau gedung pertemuan khusus seperti balai atau auditorium. Namun banyak juga yang diselenggarakan di rumah walau mengundang ratusan orang.
Disinilah letak permasalahannya bila dilaksanakan di rumah. Dengan jumlah undangan lebih dari seratus orang, tidaklah cukup acara diselenggarakan di dalam rumah saja. Tentu harus pasang tenda dan mau tak mau dipasang di tengah jalan walau harus mengganggu kepentingan orang lain. Kalau masih berada di dalam kompleks perumahan masih lumayan, namun bila di jalan umum yang dilalui oleh berbagai jenis kendaraan dan menjadi urat nadi yang menghubungkan satu titik dengan titik lain tanpa ada jalan alternatif, inilah letak persoalannya.
Kemarin saat hendak menghadiri acara nangkring di daerah Menteng, saya menemukan tiga pesta pernikahan yang menutup jalan, salah satunya menutup jalan umum yang dilalui mikrolet. Untung saya membawa motor sehingga bisa selap selip ke dalam gang. Tapi bayangkan mikrolet atau kendaraan roda empat lainnya harus memutar arah yang cukup lumayan jauhnya dan sempit pula jalannya (namanya juga jalan alternatif). Untungnya pula sekarang ada peta digital yang bisa mencari alternatif rute, coba jaman dulu terpaksa harus meraba-raba jalan alternatif terdekat agar tidak terlambat sampai tujuan.
Ada beberapa hal yang membuat orang melaksanakan acara kondangan di rumah dan terpaksa harus menutupi jalan, antara lain:
1. Mahalnya sewa gedung
Sewa gedung berikut dekorasi dan pernak-pernik lainnya bisa mencapai harga mobil baru yang belum tentu kembali modalnya (walau tidak berharap juga sih). Kalau di rumah bisa sewa tenda pengganti gedung dan dekorasinya tidak terlalu banyak sehingga jauh lebih menghemat biaya. Masalah penggunaan jalan umum dan parkir urusan belakangan, yang penting acara terlaksana dengan biaya minimal. Katering juga bisa dihemat dengan memberdayakan tetangga dekat untuk membantu memasak dan menyiapkan makanan.
2. Acara tunggal atau tetangga dekat
Bila acara sunatan atau pernikahan yang pasangannya bertetangga dekat, lebih praktis diadakan di rumah daripada harus sewa gedung. Selain itu undangan juga kebanyakan para tetangga dekat sehingga tidak perlu parkir khusus karena cukup berjalan kaki saja. Namun tetap saja harus sewa tenda bila jumlah undangannya melebihi seratus orang, yang akhirnya terpaksa mengokupasi jalan juga.
3. Waktu lebih fleksibel
Kalau menyelenggarakan acara di gedung biasanya dibatasi oleh waktu antara dua hingga tiga jam, kalau siang jam sebelas hingga jam satu atau dua, kalau malam jam tujuh hingga sembilan atau sepuluh malam. Beda dengan di rumah yang bisa molor hingga sore atau malam hari. Jadi buat tamu undangan yang terlambat datang tidak perlu khawatir karena bisa menemui pengantin atau yang disunat di rumahnya sendiri.
Namun demikian, acara di rumah berpotensi mengganggu kepentingan umum yang tidak terkait langsung dengan acara harkonas di tempat tersebut. Syukur bila memang ada jalan alternatif di sekitarnya. Saya pernah terjebak acara kondangan tanpa jalan alternatif yang dekat sehingga harus memutar sejauh hampir satu kilometer jauhnya, dan cukup repot memutar balik kendaraan karena baru diberi tanda menjelang tenda. Belum lagi preman dadakan yang tampak 'galak' mengusir orang yang hendak melewati jalan tersebut, padahal itukan jalan umum.