Sejak dari udara menjelang turun di bandara Pu Dong hingga menaiki kereta cepat Maglev dan berganti kereta metro Shanghai, pandangan tak lepas dari ribuan bangunan modern yang terserak di seantero Shanghai. Tampak dari udara ribuan tower berdiri menjulang menyingkirkan keberadaan rumah tapak yang berganti menjadi apartemen sebagai tempat tinggal dan bermukim. Demikian juga ketika saya baru saja keluar stasiun bawah tanah dan menghirup udara segar, pandangan mata langsung tertuju pada gedung-gedung tinggi yang mengelilingi People's Park.
Modernisasi terjadi karena Shanghai merupakan salah satu kota yang membuka pelabuhannya dengan dunia luar sehingga pengaruh asing mudah sekali masuk kesini. Hal ini tampak dari bangunan the Bund yang terletak di tepi sungai Huang Pu merupakan hasil arsitektur barat ketimbang mengakomodasi bentuk tradisional Tiongkok. Di pusat kota hampir semua bangunan menjulang tinggi berlomba-lomba mengais puncak langit dengan bentuk arsitektur modern. Nyaris tak ada tempat lagi bagi bangunan tradisional Tiongkok kecuali menyisakan huruf Mandarin sebagai penandanya.
Modernisasi biasanya berbanding lurus dengan meningkatnya kriminalitas. Saya mengalaminya sendiri ketika melintas di Nanjing Road menuju tempat penginapan, beberapa kali dihampiri orang tak dikenal menawarkan jasa perjudian dan kehidupan malam yang ujung-ujungnya bakal menguras duit kita. Walaupun telah memberi sinyal tidak tetap saja mereka memaksa bahkan mengejar saya yang berusaha lari cepat, dan baru berhenti ketika saya teriakkan "I call Police!". Polisi memang berjaga dimana-mana, namun tetap saja mereka nekat dan mampu mendeteksi mangsanya berupa turis asing yang lewat.
Di seputaran People's Park, terdapat bangunan Shanghai Urban Planning Exhibition Center, Shanghai Grand Theater, Museum Shanghai serta pusat pemerintahan kota Shanghai yang menandakan kemegahan bangunan dengan arsitektur modern dengan sedikit sentuhan tradisional pada atapnya. Gedung-gedung tersebut berpadu dengan taman kota yang asri tempat para warga melampiaskan hasrat berolahraga baik tua dan muda. Keberadaan taman tersebut juga diharapkan dapat mengurangi tingginya polusi yang semakin akut dengan penyerapan karbon dioksida oleh pepohonan rindang yang mengisi ruang taman.
Sementara tak jauh dari situ, di tepi sungai Huang Pu terdapat The Bund seperti diuraikan di atas dan saat ini digunakan sebagai perkantoran bank-bank yang ada di Shanghai. Di seberangnya berdiri kokoh Shanghai Tower dengan gedung World Financial Center tampak menjulang di belakangnya. Di dalam terowongan bawah tanah the Bund juga terdapat arena permainan interaktif Sigthseeing Tunnel bagi segala usia. Sementara di atasnya terdapat selasar panjang bagi pejalan kaki sambil menikmati tepian sungai dan juga sandaran kapal pesiar yang mengelilingi sungai Huang Pu.
Lalu dimanakah bangunan tradisionalnya berada? Agak ke arah tenggara sekitar satu kilometer dari People's Park, terdapat Shanghai Old City Wall yang tersisa dalam Dajing Ge Pavilion, sebuah musium berupa pura kuno, dan tak jauh ke arah timur terletak Yu Garden berupa taman dan pusat perbelanjaan Yu Yuan Market yang masih mempertahankan bentuk bangunan tradisional Tiongkok. Sayangnya karena kepagian Yu Garden masih tutup, dan sebagai gantinya di sebelah utara terdapat taman Gucheng yang bebas diakses oleh setiap orang.
Tak terasa sudah hampir dua jam saya berjalan kaki keliling pusat kota Shanghai. Cukup melelahkan memang, tapi cukup memuaskan rasa keingintahuan akan kota Shanghai yang selama ini hanya bisa diakses melalui internet saja. Walaupun masih banyak obyek wisata yang belum sempat dikunjungi seperti Disneyland dan Zhujiajiao Water Town karena letaknya jauh dari pusat kota, namun paling tidak saya bisa merasakan betapa modernisasi Shanghai telah mengubah pola hidup komunis menjadi kapitalis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H