Berbekal tiket murah yang diperoleh disini, saya menghabiskan libur panjang kemarin dengan menjelajah negeri Tiongkok yang konon telah jauh lebih maju ketika meninggalkan baju komunis menjadi kapitalis. Salah satu perubahan besar yang tampak adalah penggunaan kereta cepat sebagai salah satu moda transportasi andalan mereka. Dari bandar udara Pudong ke pusat kota tersedia kereta cepat Maglev yang hanya memerlukan waktu 8 menit untuk menempuh jarak 30,5 km saja.
Maglev yang merupakan kependekan dari Magnet Levitation merupakan metode penggunaan magnet sebagai rel yang menghilangkan kontak dengan landasan, sehingga menghilangkan gesekan dengan rel yang berpotensi menghambat laju kereta (sumber dari sini). Teknologi ini digunakan di hampir seluruh kereta cepat baik di Jepang, Korea, maupun Eropa dengan kecepatan maksimal hingga mencapai rekor 603 km/jam. Dengan kecepatan tinggi tersebut, kita tidak perlu naik pesawat terbang karena selisih waktunya tidak terlalu jauh.
Stasiun kereta Shanghai Maglev terletak di tengah-tengah lorong penghubung antara terminal 1 dan 2 bandara Pudong. Turun dari terminal 2 dan selesai urusan imigrasi, waktu tempuhnya sekitar 10 menit berjalan kaki ke arah terminal 1 dengan mengikuti petunjuk yang ada di setiap sudut, jadi tidak perlu khawatir kesasar karena cukup jelas arahnya. Harga tiketnya 50 Yuan sekali jalan, namun saya memilih tiket terusan yang dapat digunakan untuk sekali naik Maglev dan unlimited naik subway selama 24 jam dari pertama kali kartu digunakan seharga 55 Yuan (110 Ribu Rupiah).
Model kereta tidak terlalu bulat namun agak sedikit melandai di ujungnya, untuk mengurangi hambatan angin seperti pada pesawat terbang. Interiornya standar seperti kereta ekspres Kuala Namu atau KLIA Ekspress, namun di beberapa gerbong bangkunya 3-2, kecuali gerbong terdepan bangkunya 2-2 dan tentunya berpendingin udara, walaupun cuaca saat itu sedang musim dingin. Di ujung gerbong terdapat bagasi untuk menaruh koper besar, namun jarak antar bangku juga tidak terlalu sempit sehingga ransel bisa digendong.
Setelah menunggu sekitar 5 menit, kereta mulai bergerak perlahan namun lambat laun bergerak semakin cepat, mulai dari 100 km/jam hingga mencapai kecepatan maksimal 431 km/jam. Walaupun kereta melayang dengan kecepatan tinggi, di dalam tak begitu terasa goyangannya karena suspensinya relatif stabil. Saya sendiri masih bisa memotret dengan cukup baik tanpa getaran berarti dari dalam kereta. Menjelang stasiun akhir, kereta mulai mengurangi kecepatan namun tetap stabil sehingga tidak terasa kereta sudah berhenti dengan sempurna, nyaris tanpa goncangan. Tak sampai 8 menit, sekitar 7 menit 46 detik kereta tiba di stasiun Longyang Road.
Sayang memang rutenya cukup pendek, namun rencananya bakal diperpanjang hingga stasiun kereta dan bandara Hongqiao yang berjarak sekitar 40 Km dari Longyang Road. Namun demikian cukup puas juga menaiki kereta cepat, karena minim goncangan dan tetap stabil sepanjang perjalanan. Hanya dikhawatirkan listrik mati mendadak karena bisa mengakibatkan kereta keluar dari rel magnet yang hilang medan magnetnya. Semoga kereta api cepat Jakarta - Bandung yang juga akan dibangun dengan teknologi Tiongkok dapat mencapai kecepatan serupa sehingga dapat ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H