Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Kala Jokowi Berlari dengan Lokomotif Tua

Diperbarui: 27 Juli 2016   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Reshuffle kabinet jilid II sudah nampak terang benderang dan rencananya siang ini dijadwalkan pelantikan para menteri yang akan menduduki kursi barunya di jajaran Kabinet Kerja. Sejumlah nama baru atau lama tapi baru akan menduduki pos-pos penting, sementara menteri yang bahkan baru saja duduk setelah reshuffle jilid I bakal menyerahkan tongkat kepemimpinannya kepada para menteri baru tersebut. Namun apakah pergantian tersebut efektif untuk mempercepat laju kereta api pemerintahan Kabinet Kerja ini?

Sebagai abdi dalem yang setengah berkarat berkecimpung di pemerintahan, saya melihat sepertinya tidak akan banyak perubahan yang terjadi dengan reshuffle jilid II ini selama masih menggunakan lokomotif dan gerbong yang usang. Siapapun masinisnya tetap akan sulit mempercepat laju kereta selama mesin birokrasi yang digunakan masih warisan orde baru yang amat birokratis, lamban, banyak tangan, dan bautnya sudah mulai keropos dimakan usia. Mau diganti berapa kalipun masinisnya, selama mesinnya tidak ikut diganti, tidak akan mengubah banyak pola kerja pemerintah saat ini. 

Memang ada beberapa unit kerja yang nampak mulai berbenah. Contohnya Ditjen Imigrasi yang semakin mempermudah pembuatan paspor serta pemeriksaan imigrasi di lapangan. Demikian pula Ditjen Pajak yang semakin mempermudah pelaporan pajak melalui online. Namun itu hanya secuil saja dari ratusan pelayanan publik yang harus dibenahi dengan mesin-mesin baru. Harga barang yang masih tidak terkendali, produksi dan pasokan bahan pangan yang masih seringkali terhambat, groundbreaking yang tidak berlanjut, menunjukkan bahwa aparatur di bawah masih belum mampu menerjemahkan kebijakan kabinet kerja.

Revolusi mental masih bergantung kepada individu yang memimpin. Kala yang memimpin mampu mengorkestrasi dengan baik, maka alunan suara musiknya semakin merdu. Namun sebaliknya bila dirijennya diganti baru yang tidak seirama dengan pemimpin lama, maka bubar segala orkestrasi yang telah terjalin baik. Teladan yang ditunjukkan Presiden Jokowi belum mampu menggerakkan hati para birokrat untuk bersikap mengikuti beliau. Pola lama yang bertumpu pada pencitraan masih saja dijalankan walau dengan bungkus yang baru.

Untuk mengubah negeri ini menjadi lebih baik tidak hanya diperlukan revolusi mental saja, tapi juga penggantian lokomotif dan gerbong usang dengan yang baru agar bisa mengimbangi lari cepat ala pak Presiden. Memang tidak mudah, tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Open recruitment yang lebih mengedepankan pegawai yang mampu menciptakan kreativitas pelayanan publik diperlukan daripada mempertahankan para birokrat yang bekerja seperti robot, hanya menanti petunjuk dan arahan belaka. Di sisi lain sebaiknya dipercepat juga program pensiun dini bagi para lokomotif dan gerbong tua seperti saya ini agar tidak mengganggu jalannya perubahan pemerintahan. Bila tidak dilakukan, jangan harap reshuffle memberikan dampak bagi perubahan bangsa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline