Lihat ke Halaman Asli

Dizartika

Guru SMPIT IQRA' Kota Bengklu

Koneksi Antar Materi Modul 3.3 Pendidikan Guru Penggerak

Diperbarui: 14 November 2022   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Koneksi Antar materi - Modul 3.3

“Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid”

Dizartika, S.T.Gr

CGP Angkatan 5 Asal Kota Bengkulu

Banyak hal menarik yang saya dapatkan dari pembelajaran modul 3 Pendidikan Guru Penggerak , diantaranya adalah perubahan paradigma dalam pengambilan keputusan dari yang selama ini dilakukan pendekatan berbasis masalah (defisit based) sekarang sudah bergeser kepada pendekatan berbasis aset. Sebelum saya mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, dalam pengambilan keputusan kita selalu memprioritaskan hasil evaluasi dan sudah menjadi sebuah kebiasaan yang menjadi pokok permasalahan sebuah evaluasi adalah kekurangan atau kesalahan.  Sehingga untuk memutuskan tindakan kedepannya  pendekatan yang digunakan adalah pendekatan berbasis masalah. Namun setelah saya mempelajari modul 3 masalah tidak lagi menjadi focus utama dalam pengambilan keputusan. Karena disetiap masalah juga ada aspek positifnya. Karena dibalik masalah pasti adalah kelebihannya yang bisa dijadikan menjadi suatu aset. Dan kita harus bisa memandang semua hal kearah yang positif.  Dan setelah saya menerap ini, saya merasa kekuatan yang saya miliki untuk merancang sebuah keputusan atau program yang berdampak positif pada murid itu sangat mudah karena kita selalu berpikir positif tentang suatu kelebihan yang menjadi aset kita.

Suatu komunitas pendidikan harus optimis mengelola sumber daya dan aset yang dimiliki sebagai suatu kekuatan / potensi sekolah. Masalah atau kekurangan yang dimiliki oleh suatu sekolah tidak lagi menjadi hambatan untuk memajukan pendidikan dan mewujudkan visi misi dan tujuan sekolah yang berpihak pada murid. Namun focus suatu masalah adalah kebiasaan yang sudah membudaya dan untuk mengubah sebuah kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, sehingga butuh proses belajar, butuh kolaborasi dan pemahaman yang matang antar civitas akademik sekolah. Jika pola pikir yang positif sudah tertanam antar civitas akademik sekolah maka sebuah perubahan yang postif juga akan mudah direalisasikan. Dan program yang berdampak positif pada murid akan mudah terlaksana.

Dan dalam mengambil keputusan guna merancang semua  hal yang berpihak murid, hendaknya kita menerapkan prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan menerapkan 9 langkah pengujian. Sehingga keputusan yang diambil dapat menghasilkan sebuah keputusan yang bijak dan berpihak pada murid. Selain itu, dalam merancang program sekolah yang berdampak pada murid secara matang kita harus menerapkan manajemen perubahan dengan model inkuiri apresiatif BAGJA (Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi)  serta menerapkan manajemen resiko dan untuk keberlanjutan program perlu menerapkan MELR (Monitoring, Evaluation, Learning dan Reporting ). Dengan demikian, program diharapkan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Pemetaan aset atau sumber daya yang ada di sekolah, baik sumber data fisik maupun non fisik juga sangat penting untuk mengoptimalkan keterlaksanaan sebuah program yang berdampak pada murid. Setelah pemetaan dilakukan, langkah berikutnya adalah mendayagunakan potensi sekolah sesuai tujuan untuk mewujudkan merdeka belajar dan terciptanya profil pelajar pancasila dan budaya positif di sekolah.

Modul 3.3 adalah modul penghujung dari serangkaian modul dalam Diklat calon guru penggerak. Modul 3.3 mengajak saya untuk kembali mereview kegiatan dan rutinitas yang saya lakukan dalam menjalani pengabdian dan peran menjadi seorang guru.

Modul 1.1 membahas filosofi Ki Hajar Dewantara, bahwa guru mempunyai peran strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai individu dan masyarakat. Adapun dalam mengelola program sekolah yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini juga dibahas bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya. Dengan kita memahami kodrat murid maka kita akan lebih mudah dalam merancang program yang berdampak positif pada murid.

Modul 1.2 membahas nilai dan peran guru penggerak. Adapun nilai-nilai dari seorang guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan profil pelajar pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline