Siapa yang tidak mengenal tiktok? Platform ini setidaknya memiliki 112 juta lebih pengguna di Indonesia pada tahun 2023 ( Katadata, 2023).[1] Jumlahnya nyaris menyentuh setengah dari populasi Indonesia di tahun tersebut (Dukcapil, 2023). [2]Dengan demikian, platform ini tidak dapat diabaikan begitu saja gaungnya. Berbagai tren yang ada di Tiktok tentunya dapat merubah pola interaksi dan habit masyarakat.
Tiktok adalah platform yang memungkinkan berbagai pengguna (atau disebut dengan "kreator") untuk membuat dan membagikan berbagai video, dengan berbagai fitur tambahan seperti filter, musik, teks, live streaming, arena For Your Page dan masih banyak lagi. Durasi video yang dapat diunggah pun memiliki beberapa perkembangan. Misalnya, pada tahun 2020, Tiktok memiliki durasi maksimal unggah video selama 1 menit, tahun 2021 selama 3 menit, dan terakhir pada tahun 2023 berubah menjadi 10 menit. Untuk itu, arena tersebut tentunya dapat menjadi corong kreativitas bagi seluruh kreator yang benar-benar dapat memanfaatkan kehadiran Tiktok dengan baik.
Meski pada awal kemunculannya Tiktok tidak dapat dipisahkan dari stigma platform "joget-joget" atau berbagai konten degradasi moral lainnya, namun seiring perkembangannya terdapat konten kreatif yang banyak bermunculan. Contohnya, konten edukasi terkait pengembangan karier, pengembangan gaya hidup sehat, DIY (Do It Yourself) dan tutorial, tips and trick, personal branding, bisnis interaktif, dan lain-lain. Berbagai konten tersebut tentunya dapat menjadi pemantik kreativitas dan menaikkan personal growth para pengguna.
Kreativitas itu sendiri sangat diperlukan dalam proses berkehidupan. Dengan kreativitas, seseorang dapat mengembangkan bakat yang dimilikinya untuk terus berprestasi. Asrori (2008) menjelaskan bahwa kreativitas adalah ciri khas yang dimiliki oleh individu yang ditandai dengan adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari kombinasi karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi suatu karya baru yang berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya...[3] Ketika seorang pengguna atau kreator memiliki preferensi terhadap suatu tema, tentunya fitur search pada Tiktok dapat menjadi pilihan. Setelah itu, algoritma Tiktok akan memunculkan berbagai video terkait. Hal ini yang tentunya akan menjadi pemantik bagi seorang pengguna, untuk mendapatkan ide dan inspirasi dalam membuat tema-tema kreatif lainnya.
Meski begitu, dalam proses mencari inspirasi dan berkreativitas pada Tiktok tentunya terdapat distraksi, yang justru dapat menghambat kreativitas itu sendiri. Ketika pengguna men-scroll berbagai video di Tiktok, tema video yang bermunculan terkadang bercampur dan tidak selalu terkait preferensi pengguna. Setidaknya ada video-video mengenai tema lain (yang mungkin lebih menghibur atau video click bait) yang bisa menghipnosis, dan membuat pengguna tanpa sadar masuk dalam "dunia adiksi" scroll pada Tiktok. Berdasarkan Tensortower (Katadata, 2022) setidaknya pengguna menghabiskan rata rata 1.5 jam pada platform Tiktok pada kuartal ll tahun 2022.[4] Adiksi ketika men-scroll TikTok tentunya dapat mengurangi fokus dan perhatian para penggunanya. Sebagaimana Lorenz-Spreen dkk, (2019) menyatakan bahwa kebiasaan terpapar video dengan durasi pendek membuat orang sulit berkonsentrasi ketika dihadapkan dengan video atau bacaan yang lebih panjang. [5]
Tak dapat dipungkiri bahwa platform tiktok menghadirkan dualitas untuk para penggunanya. Di satu sisi Tiktok dapat menjadi corong yang memantik kreativitas bagi kreator, untuk memproduksi konten yang menarik dan bermanfaat. Namun, di sisi lain keberadaan Tiktok dapat menjadi adiksi yang mengarah pada beragam hal negatif. Seperti umumnya berbagai media lain, tentunya kebijaksanaan para pengguna akan selalu menjadi hal yang penting.
Diyanta Wiga Pratama sebagai Mahasiswa Fakultas Pascasarjana Pendidikan MIPA Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
[1] https://dukcapil.kemendagri.go.id/page/read/data-kependudukan
[1] Muhammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima, 2008, h. 51