Lihat ke Halaman Asli

Nyongkolan, Lombok

Diperbarui: 4 November 2015   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: kecimol, by DR Photograph

 

 

Setiap suku di wilayah memiliki kebudayaan, adat dan istiadat. Hal ini sudah bisa dijadikan sebagai tema artikel yang satu ini. Mari kita ke Lombok, Nusa Tenggara Barat. Saya adalah salah satu dari sekian banyak orang di Lombok yang bersuku tersebut, Sasak. Di tempat saya beberapa hal yang dahulu jarang dilakukan karena terkait strata, salah satunya yakni nyongkolan yang saat ini sudah sering dilakoni, hal yang merupakan bagian dari acara pesta pernikahan. Sebenarnya pesta pernikahan di Lombok ada yang roah (pesta syukuran seadanya) ada juga yang begawe (pesta syukuran yang lebih besar, seperti kenduri dengan jumlah tamu yang lebih banyak dan acara yang menghadirkan pementasan seni seperti gendang beleq, kecimol, rudat, wayang).

Pada saat begawe ada acara yang harus dilaksanakan sesuai kesepakatan dua belah pihak pengantin. Selain mengikuti prosesi adat dan istiadat setempat setelah akad nikah dilaksanakan beberapa hari sebelumnya, kesiapan pihak pengantin pria pun harus matang. Salah satunya adalah lokasi gendeng beleq atau kecimol beraksi, menghibur masyarakat yang datang. Tamu jauh atau dekat, bisa menyaksikan tarian dan musik sebelum pengantin berangkat diiringi musik pilihan tersebut, baik itu gendang beleq atau kecimol. Rombongan dari pengantin pria bisa sampai kurang lebih setengah penduduk kampungnya. Mereka akan mengiringi pengantin ke kediaman orang tua pengantin wanita dengan menggunakan pakaian adat lambung untuk perempuan, godek nongkeq (bahasa di kampung saya) untuk lelaki dengan atribut lainnya. Ada juga perempuan yang memilih menggunakan kebaya, karena harga lambung dengan atributnya terbilang mahal salah satunya kain tenun songket yang digunakan menjadi bawahan baju adat (lambung atau godek nongkeq). Songket yang terbilang mahal ini pun jika tidak ada, diganti kain batik. Perempuan berhias dengan sanggul khas untuk pakaian lambung dan ber-make-up. Lelaki menggunakan capuq, sapuq sebagai penghias kepala dengan cara diikat. Begitulah persiapan menyongkol

Jika pengantin, penyongkol, dan gendang beleq atau kecimol sudah siap. Mereka pun melakukan perjalanan. Jika kediaman pengantin wanita dekat, mereka berjalan diiring musik tersebut bersama iringan masyarakat. Namun, jika jauh mereka menggunakan kendaraan. Kalau dahulu sebelum ada kendaraan bermesin, yang digunakan adalah, cidomo... hampir mirip bentuk andong dengan bantuan tenaga satu kuda. Beberapa puluh, atau beratus meter, rombongan akan turun kendaraan dan berjalan kaki menuju tempat tujuan.

Demikian cerita dari Lombok. Lainkali jika Anda ke Lombok, semoga bisa bertemu orang nyongkolan, ya....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline