Lihat ke Halaman Asli

Diyan Rifky

Mahasiswa

Berkorban, Berqurban

Diperbarui: 17 Juni 2024   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Relawan hewan qurban sedang bertugas (Sumber Foto: Pribadi

Orang punya banyak uang, mungkin tidak sedikit. Orang mampu pun bisa jadi banyak. Tapi orang punya uang dan mampu, belum tentu mau berkorban. Jangankan seekor sapi atau kambing, berkorban waktu tenaga dan pikiran untuk sesuatu yang bersifat sosial saja belum tentu mau. Di Kel Ngebel, Kasihan, Yogyakarta terdapat Relawan hewan qurban yang dikenal dengan semangat pengorbanan dan keikhlasannya. Para relawannya berasal dari berbagai latar belakang, namun mereka memiliki satu tujuan yang sama, berkorban demi kepentingan sosial. Mereka meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk berkontribusi dalam kegiatan sosial, mengajarkan bahwa pengorbanan dan keikhlasan bukanlah hal yang bisa muncul secara tiba-tiba, melainkan harus dilatih dan dibiasakan. Kisah para relawan ini menjadi inspirasi bahwa setiap orang dapat berkorban dan ikhlas, jika mereka mau memulainya dari hal kecil.

Di tengah keheningan Desa Ngebel, Kasihan, Yogyakarta, ada kisah inspiratif yang lahir dari semangat pengorbanan dan keikhlasan masyarakat Dukuh 4 Ngrame. Tempat ini tidak hanya dikenal karena kerukunannya, tetapi juga karena ketulusan para masyarakatnya dalam menjalani kehidupan sosial. Kisah mereka adalah bukti nyata bahwa pengorbanan dan keikhlasan bisa membawa perubahan besar dalam komunitas.

Relawan di Kelurahan Ngebel terdiri dari berbagai latar belakang. Ada yang petani, guru, pedagang, bahkan beberapa pekerja kantoran yang menyempatkan waktu mereka untuk berkumpul dan bekerja bersama. Di antara mereka ada Pak Rabono, seorang petani yang telah menjadi relawan selama lebih dari sepuluh tahun. "Saya percaya bahwa kebahagiaan itu datang dari memberi, bukan menerima. Mengorbankan sedikit waktu dan tenaga untuk membantu sesama adalah bagian dari ibadah saya," ujarnya dengan senyum penuh keikhlasan.

Setiap relawan memiliki alasan masing-masing untuk berpartisipasi, namun tujuan mereka satu, berkontribusi demi kepentingan sosial. Banyak dari mereka yang mengorbankan waktu berharga dengan keluarga demi membantu sesama. Namun, mereka percaya bahwa pengorbanan tersebut akan membawa berkah dan kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain.

Setiap Idul Adha, para relawan bekerja bahu-membahu dalam proses penyembelihan hewan qurban dan pengolahan dagingnya. Tahun ini, sebanyak lima ekor sapi dan empat kambing telah disiapkan. Ibu Subekti, seorang ibu rumah tangga yang turut serta setiap tahun, mengungkapkan betapa kegiatan ini mempererat hubungan antarwarga. "Kami bersama-sama memotong dan membagikan daging qurban. Ini bukan hanya soal daging, tapi soal kebersamaan dan gotong royong. Di sini, kami belajar untuk saling membantu dan peduli satu sama lain," ujarnya dengan mata berbinar.

Kebersamaan ini juga terlihat dari bagaimana setiap orang, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, ikut ambil bagian. Mereka tidak hanya menonton, tetapi juga belajar dan berkontribusi dalam prosesnya. Anak-anak diajari cara memotong dan membagikan daging, sementara para remaja membantu dalam distribusi kepada yang membutuhkan. Semangat gotong royong ini menjadi pemandangan yang menghangatkan hati dan mencerminkan kuatnya ikatan sosial di desa tersebut.

Idul Adha bukan sekadar momen untuk menyembelih hewan qurban, tetapi juga mengandung banyak hikmah islami. Salah satunya adalah nilai ketakwaan dan keikhlasan yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim. Pengorbanan Nabi Ibrahim dan putranya Ismail adalah contoh teladan bagi kita. Mereka menunjukkan bahwa ketaatan kepada Allah adalah yang utama. Melalui qurban, kita diajarkan untuk meneladani keteguhan iman mereka.

Kita diajarkan untuk melepaskan ego dan kepentingan pribadi demi kebaikan bersama. Ini adalah pelajaran yang sangat penting, terutama di zaman sekarang dimana individualisme seringkali mengalahkan semangat kolektivisme.

Proses berkorban dan berbagi yang dilakukan oleh masyarakat Ngebel menunjukkan bahwa keikhlasan tidak datang dengan sendirinya. Itu adalah hasil dari latihan dan pembiasaan. Pak Rabono menjelaskan, "Anak-anak di sini juga diajarkan untuk ikut serta dalam kegiatan qurban. Mereka belajar bahwa berbagi dan berkorban adalah bagian penting dari kehidupan. Ini adalah pelajaran yang sangat berharga bagi generasi muda."

Anak-anak tersebut diajarkan untuk memahami makna qurban dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. "Kami ingin mereka tumbuh dengan pemahaman bahwa membantu sesama adalah bagian dari iman dan tanggung jawab kita sebagai manusia," tambah Pak Rabono.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline