Lihat ke Halaman Asli

Diyanah Sidin

Karyawan swasta

Cerpen | "P Love P"

Diperbarui: 9 Februari 2018   00:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tepat jam 12 malam, terdengar suara kegaduhan diantara rumah pemukiman. Suara itu berasal dari rumah yang terlihat damai tapi menyimpan rahasia. Ini bukan pertama kali terdengar suara kegaduhan saat tengah malam, tapi peristiwa ini terjadi sudah 3 tahun belakangan. Kegaduhan ini terjadi antara suami-istri yang sedang berselisih. Peristiwa ini sudah tak mengherankan lagi bagi tetangga sekitarnya, walaupun saat pertama kali tetangga sempat melerai. Tapi sekarang sudah tidak, karena keadaan keluarga ini yang tertutup sehingga segan bagi tetangga untuk berbicara.

"Sudah berapa kali kamu pulang malam ?", sang suami berbicara geram sambil menutup pintu.

"Apa urusanmu peduli padaku", Sang Isteri menjawab sambil berjalan dengan muka tak perduli.

Setelah Isteri nya menjawab, seperti itu. Laki-laki berumur 35 tahun langsung menarik tangannya dan berbicara menggentak.

"Eh, Aku ini suamimu. Bisakah kau hormat padaku, bisakah kau menjadi ibu yang baik untuk anakmu. Kau selalu pulang malam dan saat kau bangun pagi anakmu sudah berangkat sekolah. Apakah kau tahu apa yang ia inginkan saat ini?"

"Aku tahu, sudahlah tolong lepaskan tanganku. Aku ingin tidur,aku sudah lelah."

Dengan seketika laki-laki itu mencekik dan mendorongnya kelemari pajangan dengan kuat sehingga beberapa barang pajangan ada yang terjatuh, lalu sang suami berkata dengan suara tinggi.

"Aku selalu bersabar dengan keadaanmu selama 3 tahun belakangan ini. Tapi cukup bagiku. Aku sudah muak. Dan aku ingin bertanya padamu, Apakah kau masih menganggapku sebagai suami mu, Apakah kau masih menganggap putri sebagai anakmu?"

"Jawab!" Suami itu menggentak lagi. Tapi tidak respon dari Isterinya. Dia tetap tidak peduli meskipun tercekik. Seperti sudah setengah gila dipikirannya.

"Aku selalu memberikanmu lebih dari penghasilanku, aku tak menuntut apapun sebagai suamimu. Dan aku biarkan kamu tak mengurusi keperluan anak kita Putri. Kau selalu berangkat jam 8 dan pulang tengah malam dengan alasan kerja. Tapi kemana uangmu? Sudah cukup, dan sekarang kau pergi dari rumah ini?"

Seketika itu, sang suami langsung melepaskan cekikannya dan membanting isterinya kelemari pajangan. Dengan muka penyesalan, dia duduk dikursi sambil menunduk. Dan sang isteri berjalan ke kamar dan mengambil beberapa baju-baju nya dan ia taruh koper. Lalu ia pergi dengan langkah yang cepat, dan sang suami langsung berangkat dari tempat duduknya seraya berteriak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline