Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus golongan RNA yang spesifik menyerang sistem imun kekebalan tubuh manusia. Penurunan sistem kekebalan tubuh pada penderita HIV sehingga mudah terinfeksi virus yang dapat menyebabkan AIDS. Lebih dari 90% bayi terinfeksi tertular HIV dari ibu HIV positif, penuluran dapat terjadi pada masa kehamilan, saat persalinan dan selama menyusui. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) atau Prevention of Mother-to-Child HIV Transmission (PMTCT) merupakan upaya yang dilakukan pemerintah dalam mencegah penularan HIV dan diintegrasikan dengan upaya eliminasi sifilis kongenital yang mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan pada ibu dan bayi.
Prevalensi HIV
Di Indonesia sejak pertama kali ditemukan sampai Juni 2018, HIV/AIDS telah dilaporkan 433 (84,2%) dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia. Jumlah kumulatif infeksi HIV AIDS sampai Juni 2018 sebanyak 301.959 jiwa (45% dari estimasi jumlah orang yang HIV AIDS tahun 2018 sebanyak 640.443 jiwa) paling banyak ditemukan pada umur 25-49 tahun dan 20-24 tahun. Penderita HIV 2,1 juta adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun dan sekitar 18,8 juta adalah perempuan. Setiap hari 500 orang baru terinfeksi HIV dan sekitar 2.800 orang meninggal karena AIDS (WHO, 2018).
Penderita HIV perempuan mempunyai prevalensi tertinggi pada usia 15-24 tahun dan kematian paling tinggi pada usia 15-49 tahun. Hal ini memungkinkan perempuan untuk menularkan virus kepada bayi dari ibu yang mempunyai status HIV positif berkisar 15-45%. Kementerian RI memperkirakan jika di Indonesia setiap tahun terdapat 9.000 ibu hamil dengan HIV positif melahirkan bayi, berarti akan lahir sekitar 3.000 bayi dengan HIV positif tiap tahun. Ibu hamil dengan HIV AIDS mempunyai berbagai macam komplikasi yang mungkin terjadi pada janin maupun ibu sendiri seperti bayi lahir prematur, premature rupture of membran (PROM), berat bayi lahir rendah, anemia, restriksi pertumbuhan intrauterus, kematian perinatal dan endometritis pospartum.
Faktor penyebab penularan HIV dari ibu ke janin
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) faktor yang berperan dalam penularan HIV dari ibu ke janin yaitu :
- Kadar HIV (vira load) merupakan faktor yang paling utama terjadi penularan HIV dari ibu ke anak semakin tinggi kadarnya semakin besar tingkat penularannya, khususnya pada saat/menjelang persalinan dan masa menyusui bayi.
- Kadar CD4, ibu dengan kadar CD4 rendah bila jumlah sel dibawah 350 sel/mm menunjukkan daya tahan tubuh yang rendah karena banyak sel limfosit yang pecah/rusak. Kadar CD4 tidak selalu sebanding dengan viral load.
- Status gizi selama kehamilan, berat badan yang rendah serta kekurangan zat gizi terutama protein, vitamin dan mineral selama kehamilan meningkatkan risiko ibu untuk mengalami penyakit infeksi yang dapat meningkatkan kadar HIV dalam darah ibu, sehingga menambah risiko penularan ke bayi.
- Penyakit infeksi karena kehamilan, IMS (infeksi menular seksual) misalnya sifilis, infeksi organ reproduksi, malaria dan tuberkulosis berisiko meningkatkan kadar HIV pada darah ibu, sehingga penularan HIV ke bayi semakin besar.
- Masalah pada payudara, misalnya puting lecet (jika menyusui), mastitis dan abses pada payudara akan meningkatkan faktor penularan HIV melalui pemberian ASI.
Pencegahan transmisi penularan Ibu ke bayi
Upaya pemerintah untuk pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak telah di laksanakan sejak tahun 2004 yaitu dengan Program PMTCT (Prevention Mother-to-Child Transmission) atau PPIA (Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak) diintegrasikan dengan upaya eliminasi sifilis kongenital atau penyakit menular seksual dan layanan kesehtan ibu dan anak (KIA).
Kebijakan program PPIA adalah :
- Ibu hamil yang postif terdiagnosa HIV wajib diberi obat ARV (antiretroviral) tanpa melihat hasil CD4 serta mendapatkan pelayanan perawatan.
- Pertolongan persalinan baik pervaginaam atau melalui operasi sesar dilakukan berdasarkan indikasi medis dengan kewaspadaan standar pencegahan infeksi.
- Konseling tentang pemberian asi ekslusif selama atau susu formula ekslusif serta cara penyiapan dan pemberian susu, konseling KB (keluarga berencana) dan penjelasan tentang risiko penularan HIV dan sifilis dari ibu ke bayi.
- Pemberian ARV pada bayi, informasi pemberian makanan bayi/anak (lebih banyak asupan protein dan kalori diabandingkan anak tidak HIV), imunisasi dan pemeliharaan dan pemantauan tumbuh kembang anak.
Dukungan psikologis ibu hamil dengan HIV
Masalah yang muncul terkait stress dan koping pada ibu yang menjalani kehamilan dengan HIV diantaranya khawatir terhadap keselamatan bayi, diperlakukan berbeda dari ibu hamil lainnya, banyak membutuhkan biaya pengobatan, serta tidak nyaman didiagnosis HIV/AIDS. Ibu hamil dengan HIV membutuhkan dukungan emosional, sikap dan dukungan positif dari keluarga dan teman agar mereka dapat memberikan perawatan terbaik bagi anak mereka.