Lihat ke Halaman Asli

diyah mirawati

Kepala Sekolah-Praktisi Pendidikan

Stimulasi Ketangguhan dan Kemandirian Anak Sejak Usia Dini Melalui Camping Rohani di TK Regina Pacis

Diperbarui: 24 Mei 2024   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Dokumen Pribadi

Selasa dan Rabu, 21 sampai dengan 22 Mei 2024 merupakan kenangan dan pengalaman yang tidak akan dilupakan oleh anak-anak TK A dan TK B TK Regina Pacis Jakarta. Anak-anak menginap untuk melaksanakan kegiatan Retret /Camping Rohani di sekolah.

Kegiatan Retret /Camping Rohani ini dilakukan untuk memfasilitasi terbentuknya anak-anak yang tangguh, sesuai dengan Visi dari Sekolah Regina Pacis,   Ketangguhan, sebagai sebuah keterampilan, dan kemampuan yang memungkinkan individu untuk beradaptasi terhadap kesulitan dan tantangan (resilience) dan Kemandirian (independent), dapat kita stimulus dan latih sejak usia dini melalui kegiatan yang dirancang sesuai dengan tahapan capaian perkembangan anak usia dini, untuk mereka mampu mengatasi dan keluar dalam keadaan lebih kuat dari sebelumnya.

Bukan anak-anak yang selalu dijaga agar tidak memiliki tekanan hidup, yang akan bisa berhasil masuk dalam dunia kerja 15 tahun dari sekarang, melainkan adalah anak-anak yang “DITEMANI” untuk menghadapi tekanan.  Mengutip sebuah pernyataan dari Ibu Gloria (Psikolog), Adalah Tugas kita untuk mengubah generasi strawberry menjadi generasi pohon jati yang tidak hanya kuat dan tinggi, namun juga berakar ke dalam (agama dan budaya).

Sumber : Dokumen Pribadi

Topik Retret /Camping Rohani yang tahun ini di fasilitasi oleh Guru-guru TK Regina Pacis, Suster FMM (Fransiskan Misionaris Maria), dan Frater OFM (Fransiskan) adalah Bersama Firman Tuhan dalam Lukas 10:27  “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” yaitu “Bermurah Hati”.  

Ketangguhan dan kemandirian anak-anak dapat terlihat sejak dari kegiatan pertama, mereka dapat berpisah dengan orang tua untuk waktu yang lama, lalu mereka harus mengenali dan menjaga barang bawaan mereka masing-masing.   Orang tua bekerja sama dengan anak-anak dalam menyiapkan perlengkapan-perlengkapan pribadi anak-anak dari rumah; hal ini terlihat saat anak-anak akan merapikan alas tidur dan bantal mereka di dalam tenda, anak-anak cepat sekali mengeluarkan bedcover dan bantal mereka dari dalam tas mereka untuk mereka rapikan sebagai alas mereka tidur. Kerjasama Orang tua dan anak juga terlihat saat anak harus mengganti pakaian aktifitas mereka dengan pakaian tidur/istirahat siang, anak-anak dapat langsung mengambil pakaian ganti mereka untuk mereka bawa dan mereka tukar pakaian di kamar mandi.

Ada anak yang menyampaikan ke Guru “Ibu Guru, pakaian ganti untuk sore itu yang ini, yang mama tandai dengan pita warna emas, kalau yang untuk besok pagi ada tanda pita warna biru”.  Ada anak yang sudah dipesankan oleh Orang tua mereka di mana mereka harus meletakkan pakaian kotornya, berupa kantong plastik yang sudah disiapkan oleh orang tua mereka di salah satu tempat di tas mereka.  Ada juga anak yang ingat bahwa pakaian tidur yang dibawa adalah pakaian yang digunakan untuk tidur siang dan tidur malam. Anak-anak terlihat sangat bertanggung jawab sekali dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh orang tua mereka. Sepertinya, untuk pengalaman di situasi ini, tidak hanya ketangguhan dan kemandirian yang terstimulasi, namun kemampuan literasi anak juga terstimulasi.

Setelah merapikan barang bawaan, anak-anak bersiap menuju aula TK, untuk mendapatkan materi pertama yaitu tentang “Mengasihi Sesama” yang dibawakan oleh Frater Stefan, OFM. dan Frater Aldi, OFM.

Suster Okta, FMM. Suster Shinta, FMM. Ms. Monic, Ms. Anas, Ms. Siska, Ms. Henne, Ms. Rani, memainkan peran dalam drama singkat yang menceritakan tentang keseharian pemulung yang mencari dari tempat sampah untuk mendapatkan makanan dan sampah plastik yang dapat dijual kembali. Pemulung bertemu dengan beberapa Ibu yang pulang dari pasar, ada pula Ibu yang pulang dari gereja, serta Ibu yang sangat kaya, namun yang ditemuinya itu tidak satupun yang melihat ia sedang kelaparan dan perlu dibantu. Ketika pemulung bertemu dengan Suster dan Frater, Suster dan Frater melihat si pemulung dan memberikan apa yang Suster dan Frater miliki saat itu. Pesan dari drama singkat ini yang dapat diambil perbuatan baiknya adalah anak-anak harus mulai memperhatikan sekitarnya, mengenal sekitarnya, sehingga dapat mengetahui perbuatan baik apa yang dapat anak-anak lakukan untuk sekitar.

Setelah materi pertama, anak-anak berkegiatan di luar gedung, di halaman sekolah, bermain permainan kelompok. Anak-anak berlatih peka terhadap keadaan kelompoknya dan tugas masing-masing dalam kelompok untuk menjadi kelompok pemenang. Anak-anak belajar meregulasi emosi, dengan mengapresiasi kemenangan kelompok lain dan tetap menyemangati tim kelompoknya serta kelompok lain yang belum berkesempatan menjadi pemenang dalam games ini. Lagi-lagi, tidak hanya ketangguhan dan kemandirian yang terstimulasi dalam kegiatan ini, kemampuan fisik motorik dan kemapuan sosial emosional anak-anak terbangun dan juga terstimulasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline