Bekerja adalah sebuah kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab profesi. Adapun tujuan bekerja adalah untuk mendapatkan penghasilan. Itu pasti. Apalagi bagi seorang yang memiliki tanggung jawab lebih, tentunya ia akan memikul beban kerja yang lebih pula. Sah-sah saja karena itu bagian dari konsekuensi kerja. Namun, beban kerja yang overload bisa menjadi pemicu kepenatan fisik dan psikis.
Beban kerja yang berlebihan cenderung akan memicu terjadinya stres bahkan dalam tingkatan tertentu akan berubah menjadi depresi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), stres diartikan sebagai gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar; ketegangan.
Masih di KBBI juga, depresi didefinisikan sebagai gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan perasaan yang merosot (seperti muram, sedih, perasaan tertekan). Bila beban kerja terus menumpuk tanpa diimbangi dengan jeda waktu walaupun sebentar, konflik dan tekanan batin akan sangat mungkin terjadi. Konflik dan tekanan batin yang tak terselesaikan inilah yang rentan berdampak pada tingkat produktivitas kerja beserta kesehatan fisik dan mental seseorang.
Stres kerja berlebihan yang dialami oleh seseorang lambat laun akan memberikan pengaruh buruk untuk kesehatannya. Biasanya, orang yang bekerja tanpa jeda karena diburu dead line akan memaksa badannya untuk terus on tanpa diimbangi dengan olah raga yang membakar kalori atau rekreasi. Alhasil, bila ini terjadi dalam jangka panjang, sangat memungkinkan orang tersebut akan menderita penyakit degenerative seperti diabetes dan hipertensi yang ujung-ujungnya akan meningkatkan resiko terjadinya stroke dan serangan jantung
Selain kondisi fisik, kesehatan mental juga akan mengalami gangguan akibat beban kerja yang berlebih. Uring-uringan yang diakibatkan karena emosi yang tak stabil merupakan bentuk gangguan mental bahkan yang lebih ekstrem lagi adalah orang tersebut mendadak lebih agresif. Bahayanya lagi, uring-uringan dan mendadak agresif akan terbawa pada perilaku sehari-hari. Jika tidak dapat teratasi, gangguan mental tersebut akan berakibat buruk dan bisa jadi akan membahayakan orang lain di sekitarnya.
Menilik betapa membahayakannya dampak yang ditimbulkan oleh overload-nya beban kerja, alangkah baiknya bila ada sedikit waktu untuk mengistirahatkan badan dan pikiran. Salah satu cara untuk me-refresh diri adalah dengan menonton film komedi. Film komedi yang identik dengan cerita ringan yang lucu dan lazimnya ber-ending bahagia diharapkan dapat mengurangi kepenatan pikiran.
Menonton film komedi dengan segala cerita dan aksi kocak para bintangnya pastilah akan membuat penonton tertawa. Bagi tipe orang yang serius, mungkin pada awalnya film komedi hanya direspons dengan wajah datar atau bisa jadi hanya senyum tipis. Namun, bukan hal yang tak mungkin jika wajah datar dan senyum tipis itu akan menjadi wajah sumringah dan tawa lebar saat menonton adegan-adegan lucu di film komedi.
Saat menonton film komedi, akan muncul perasaan senang dan bahagia. Apalagi bila menontonnya bersama orang --orang terdekat seperti teman atau keluarga, pastilah gelak tawa akan lepas tanpa ditahan-tahan lagi dan tanpa ada lagi jaim - jaga image. Tertawa bersama dengan orang-orang terdekat memang tidak selalu akan dapat menyelesaikan semua persolan pekerjaan, ya. Namun, tertawa dapat menjadi cara alami untuk sedikit meredakan stress dan tentunya terhindar dari depresi pula.
Tanpa disadari, segala bentuk kecemasan akan mereda pada saat tertawa. Mengapa? Menurut beberapa referensi dijelaskan bahwa saat tertawa, tubuh akan memaksimalkan kinerja hormon endorfin. Hormon endorfin diproduksi oleh sistem saraf pusat dan kelenjar pituari pada saat manusia merasa bahagia dan mendapat istirahat cukup. Hormon ini memberikan sensasi yang menyenangkan dan mampu membangkitkan energi seseorang.
Film ber-genre komedi sejatinya dapat mengurangi kecemasan yang mungkin dirasakan seseorang. Tertawa akan merileksasi pikiran dan pastinya kecemasan yang ditimbulkan karena beban kerja sedikit demi sedikit berkurang. Bukannya hilang begitu saja tanpa menyelesaikan pekerjaan, ya. Namun, dengan tertawa pikiran menjadi fresh kembali dan siap menyongsong kerja lagi.