Lihat ke Halaman Asli

Di Bawah Payung dan Malam yang Bersaksi

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Satu cerpen yang belum beruntung untuk menang dalam sebuah event. Mohon kritiknya! Sehingga, saya dapat lebih baik lagi dalam menciptakan sebuah karya di kesempatan yang lain. Amin.

Tema: Lelaki dan Hujan

Judul: Di Bawah Payung dan Malam yang Bersaksi

Oleh: Diyah Ayu Saraswati – Tulis, 06 Februari 2013

Di kafe itu, Nita duduk sembari meminum kopi yang di suguhkan pelayan. Sedari sore Nita disana, hujan menghalangi langkahnya untuk pulang. Dalam rintik yang menderai deras, kenangan-kenangan pun berlahan singgah dan menjelma sebagai rindu yang mendalam. Potongan kisah lalu lalang di otak Nita. Ya, tentang Roni yang selalu menanam cinta dalam hatinya.

“Sedang apa Roni saat ini? memandangi hujankah sepertiku?” bisik hati Nita diantara hujan yang kala itu membanjiri otaknya dengan buaian kenangan.

Sudah lama Nita dan Roni pacaran jarak jauh yakni semenjak Roni pindah sekolah ke Surabaya, Roni menjalani masa SMA di asrama yang dipilihkan orang tuanya.

Lingkup sekolah Roni dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap dan canggih. Namun, peraturan disana masih kolot dan sangat ketat. Diantara peraturan tersebut adalah larangan penggunaan handphone bagi para siswa, dan peraturan tersebut juga berlaku di asrama. Walaupun demikian, Nita dan Roni tetap berkomunikasi, beruntung jaman sudah canggih. Melalui email mereka mengirimkan salam dan sapa. Mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) membuat Roni leluasa untuk menggunakan fasilitas internet, dan memudahkan untuk membalas email-email dari Nita setiap minggunya.

Kini hujan sudah reda, Nita pun beranjak dari kegalauannya dan lekas membayar kopi yang sudah diminumnya, lantas pergilah dia dari kafe itu. Tidak lupa Nita membeli cup cake pesanan bundanya sebelum pulang, di resto langganan yang juga tempat favorit pasangan jarak jauh itu. Sejenak, lamunan kembali menyerempet Nita.

“Huuh.. alangkah indahnya jika Roni berada disini” gumam Nita sebelum disadarkan oleh pelayan kasir.

“Mbak... mbak, ini cup cakenya” teriak pelayan kasir itu untuk menyadarkan lamunan Nita, sambil menyodorkan cup cake yang sudah terbungkus rapi ditangannya.

Nita pun bergegas pulang dengan taxi yang sudah dipesannya. Sesampainya dirumah Nita pun langsung membuka laptop kesayangannya yang acap mengantarkan langkah Nita menuju dunia maya. Nita mengecek emailnya, kecewalah yang dia dapat. Sudah dua kali Nita mengirimkan email kepada Roni. Tapi, tidak dibalas. Resah pun melesat cepat, menusuk hati, menyemburkan segala pertanyaan.

“Ron, apa kamu mulai jenuh dengan ku?” ucap hati Nita sambil menggerutu kesal dan menutup laptopnya.

Kemudian suara ketukan pintu menghampiri kamar Nita.

“Tok...tok...tok”

“Siapa?” tanya Nita.

“Ini bunda, nak. Pesanan cup cakenya sudah dibelikan? Ditaruh dimana? Suara bunda yang serak berteriak-teriak didepan pintu.

Nita pun langsung membuka pintu dan tersenyum cengangar-cengingir sambil meminta maaf kepada bundanya.

“Ini bunda pesanannya. Maaf, Nita lupa.”

“Iya, bunda paham. Kamu pasti sedang sibuk ngurusin obrolanmu di dunia maya, sampai-sampai lupa. Benar kan?”

Jawab bunda sembari menyambar cup cakenya.

Hanya senyumlah yang dilemparkan Nita kepada bundanya, kemudian dia kembali ke kamar dan tidur.

***

Adzan subuh membangunkan Nita dari dekapan bantal dan selimut yang menghangatkan tubuh mungilnya. Beranjaklah Nita dari tempat tidur dan sesegera mungkin mengambil wudlu untuk melaksanakan sholat subuh. Selesai sholat Nita tidak lupa bersimpuh, bersujud meminta kebaikan kepada Tuhan tentang keluarga, dirinya, dan tidak lupa nama Roni ikut serta dalam perapalan doanya.

Hari ini sekolah Nita menggelar acara perpisahan untuk angkatannya. Yup, Nita sudah lulus dan tinggal menunggu ijazah yang segera dikantonginya. Acara perpisahan yang disiapkan sekolah, nampaknya akan membuat Nita lupa dengan kekesalannya yang singgah semalam. Nita pun berpamitan dengan bundanya, dan berangkatlah dia ke sekolah.

***

Ternyata teman-teman Nita sudah berkumpul dan siap untuk merayakan perpisahan yang digelar hari itu.

Nita menghampiri mereka dan berpeluk mesra dengan teman-teman sekelasnya.

Perbincangan pun meramaikan obrolan mereka. Tiba-tiba salah seorang teman karib Nita membahas tentang Roni.

“Nit, apa kabar pacar loh di Surabaya? Bentar lagi long distance kalian berakhir nih?” ucap teman karib Nita, Fifin namanya.

“Apa sih Fin, gue lagi marah sama Roni. Uda dua kali gue kirimin email gak dibalas!” sahut Nita.

“Wah... wah... loh patut curiga Nit. Jangan-jangan si Roni uda bosen sama loh. Katanya si Roni uda pulang, gue denger dari sepupu gue yang tetanggaan sama Roni. Emang loh gak tau? Tega banget si Roni gak ngabarin loh”

Beribu omongan diterima telinga Nita dan mulailah pikiran negatif merasukinya. Nita menyanggah omongan teman-temannya dan tetap membela Roni, meski hatinya merintih.

***

Sepulangnya dari acara perpisahan, Nita menangis sepuasnya dikamar. Kesedihan Nita meluap-luap membanjiri boneka yang jadi tumpahan air matanya. Nita membuka kembali laptopnya dan seketika dia lihat emailnya. Ternyata ada pesan dari Roni, seketika air matanya diseka oleh pesan elektronik itu. Senyum pun bermekaran dalam kamar yang dihuni perempuan mungil itu. Dalam pesan itu Roni berkata bahwa dia sudah pulang dari Surabaya dan menjadi lulusan terbaik, sekaligus Roni mengajak Nita untuk bertemu di taman jam 19.00 nanti. Dengan semangat Nita pun membalas pesan tersebut.

***

Ditengah hujan deras, mereka memenuhi janji untuk berjumpa ditaman. Cuaca yang kurang baik tidak menghalangi pasangan yang saling merindu itu untuk bersua kangen.

Tidak sangka langkah mereka pun sudah bertemu, jam pun seakan berhenti disana. Payung yang melindungi mereka seakan ikut merayakan kebahagiaan dua sejoli muda itu. Mereka saling bertatap, dan mata Nita nampak berbinar-binar melihat Roni sang pujaan yang kembali lagi berdiri dihadapannya.

Nita terlalu terhanyut dalam susana, sehingga payung yang digenggamnya lepas dari tangan mungilnya, terhempas, terbang jauh dibawa angin. Roni langsung menyeret tubuh Nita dan memeluknya.

“Terimakasih” ucap Nita sambil malu-malu dengan suara terbata.

Sekarang, mereka berteduh dalam naungan yang sama disatu payung. Pemandangan yang romantis diiringi hujan dan malam yang terlihat temaram dengan kerdap-kerdip lampu taman menambah manis detik-detik pertemuannya.

“Nit, pegangin payungnya sebentar” perintah Roni .

Di bawah payung, Roni pun mengambil sesuatu di saku jaketnya, dan ternyata itu sebuah cincin. Dengan suara lembut Roni menyanyikan lagu dari band payung teduh yang berjudul berdua saja untuk mengiringi penyematan cincin tersebut.

“Malam jadi saksinya, kita berdua diantara kata yang tak terucap..berharap waktu membawa keberanian..untuk datang membawa jawaban..mungkinkah kita ada kesempatan, ucapkan janji takkan berpisah selamanya” merdu nyanyian Roni melumerkan hati Nita. Roni mengambil tangan kiri Nita dan menyematkan cincin di jari manisnya.

Keromantisan yang diciptakan Roni membuat Nita tersipu-sipu malu. Nita enggan percaya lelaki yang dikenalnya menjadi segila ini. “Dalam hujan bisa-bisanya kamu seperti ini Ron? Pasti kebanyakan nonton drama ya?” ucap Nita.

“Setting hujan dan malam yang pekat menyempurnakan segalanya kan? Pastinya kamu senangkan Nit? Di bawah payung ini aku ingin serius sama kamu Nit, biarlah malam yang bersaksi.” Sahut Roni menjawab, sambil menyimpulkan senyum pada Nita.

Hanya anggukan kepala dan balasan senyuman yang mampu Nita torehkan sebagai perwakilan hatinya. Pertemuan indah malam itu berakhir dengan diantarakannya pulang Nita oleh Roni. Segalanya berjalan dengan romantis di bawah payung, malam, dan hujan yang perlahan usai.

***

Nita yang langsung masuk ke kamarnya, tidak berhenti tersenyum. Dia menciumi cincin yang tersemat di jari manis tangan kirinya.

Keesokkan harinya, Roni membawa serta keluarganya ke rumah Nita untuk melamar. Mereka pun bersama keluarga sepakat untuk melangsungkan pertunangan terlebih dahulu, dan endingnya kedua pasangan itu tidak lagi berjauhan, mereka kuliah di kampus yang sama.

Dan jejak mereka terekam sudah pada payung yang pernah meneduhi janji manis sang lelaki, tentunya disaksikan malam dan hujan, dalam keseriusan yang mengukir perjalanannya pada keabadian kasih. Sehingga, setiap hujan datang dimalam pekat Roni dan Nita merapalkan doa, mereka berharap rintik hujan ikut serta mendoakan kebaikan dalam pertaliannya sampai menuju pelaminan pengabadian.

---TAMAT---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline