Lihat ke Halaman Asli

Sri Devi

Tenaga Fasilitator

Mutualisme? Strategi "Endorsement" oleh Suatu Perusahaan

Diperbarui: 30 Agustus 2018   12:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

Di zaman teknologi yang semakin canggih, di mana segala sesuatu bisa dijangkau hanya dengan alat komunikasi yang semakin berkembang salah satunya smartphone,  pada akhir tahun 2015 diperkirakan sekitar 55 juta pengguna smartphone di Indonesia. Hal ini berdampak pula bagi pengguna internet.

Menurut survei sepanjang tahun 2016 menemukan bahwa 132,7 juta orang indonesia telah terhubung ke internet, itu berarti lebih dari 50% dari jumlah penduduk di indonesia telah mengakses internet. 

Dan klasifikasi penggunaan internet oleh masyarakat Indonesia seperti jejaringan sosial 90% , mencari informasi 75% , hiburan 58% , surat elektronik 47,3 %  , permainan 44%  dan belanja 48,5 %. Tidak di pungkiri tingginya persentase penggunaan sosial media dan belanja online disebabkan banyaknya masyarakat Indonesia yang menghabiskan waktu luangnya untuk berkomunikasi melalui sosial media serta kegiatan belanja online.

Banyaknya masyarakat yang mengggunkan sosial media belakangan ini, menjadikanya sebagai  media pemasaran bagi para perusahaan. Menurut Jan Zimmerman dan Doug Sahlin "Social media marketing is a new technique, not a new world". 

Berbagai macam strategi pemasaran yang digunakan oleh perusahaan dalam menarik perhatian pelanggan mulai dari periklanan menggunakan benner, promosi melalui email, web ataupun di blog dan masih banyak lagi yang lainnya, saat sekarang ini kita kerap kali mendengar kata-kata endorse yang sering di lontarkan para selebriti. Apa yang dimaksud dengan endorsement?

Fenomena endorsement saat ini sedang hangat-hangatnya di sosial media dan menjadi salah satu strategi pemasaran bagi para perusahaan. Endorsement yaitu mendukung atau memberi saran. Jadi, perusahaan-perusahaan mempromosikan produk dengan cara meminta dukungan dari para selebriti untuk mempromosikan produknya di akun sosial media milik selebriti tersebut. 

Pelaku endorsement disebut dengan endorser. Ada dua jenis endorser menurut Terence A. Shim yang menjadi target para perusahaan untuk mempromosikan produknya yaitu celebrity endorser (public figure) dan person endorser. 

Dengan menggunakan endorser perusahaan dapat memasarkan produk kepada target yang mereka tuju. Lalu bagaimana endorsement bisa mendongkrak popularitas perusahaan dan memberi kuntungan kepada endorser?

Strategi endorsement yang dilakukan oleh perusahaan dapat berdampak positif jika tepat, baik pada produk, sasaran endorser maupun target konsumer. Popularitas produk dari suatu perusahaan terlihat dari seberapa banyak produk tersebut diminati para konsumer, untuk itu perusahaan harus bisa menentukan target endorser yang sesuai dengan produk dan konsumer yang dituju. 

Menurut Dr. Ying Fan, pakar marketing dari University of Lincoln, Inggris, menyebutkan bahwa risiko terbesar dari endorsement adalah pada selebriti itu sendiri. Bagaimana kehidupan selebriti tersebut, popularitas serta integritas yang dimilikinya sebagai contoh skandal yang baru-baru ini dilakukan oleh endorser produk Tolak Angin Sido Muncul dari PT. Sido Muncul berupa sebuah cuitan di akun sosial media pribadi yang di dalamnya terdapat unsur penghinaan terhadap wakil presiden dan Ulama, yang menyebabkan berkurangnya integritas dari endorser sehingga menimbulkan opini publik terhadap produk tersebut. 

Menentukan endorser yang tepat dengan produk perusahaan serta sesuai dengan minat konsumer sangatlah penting karena akan membentuk citra dan positioning dari suatu produk serta dapat mendongkrak popularitas produk perusahaan tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline