Lihat ke Halaman Asli

Divia Ayu Prihatina

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Ekspresi Cinta dalam Perspektif Sosiologi: Tren Pacaran Muda-mudi Masa Kini

Diperbarui: 21 Oktober 2021   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di zaman yang serba canggih ini sudah tidak dapat diragukan lagi bahwa percepatan penyebaran informasi dapat terjadi secepat kilat bahkan mampu menjangkau ke seantero pelosok dunia. 

Perkembangan globalisasi yang disokong oleh kemajuan teknologi kini telah mengubah berbagai aspek tradisional masyarakat menjadi bergeser ke arah modernisasi, sehingga hal tersebut telah melahirkan kebiasaan baru bagi masyarakat karena dapat mempermudah mereka dalam menjalani kehidupannya. 

Hal ini semakin terbukti dengan perkembangan internet yang dirasa begitu cepat karena banyaknya inovasi baru dalam pengembangan programnya, sehingga mampu membuat banyak orang terpukau. 

Program yang dicanangkannya dinilai multi-fungsi, selain informasi yang mendunia, internet juga menyediakan sarana untuk berkomunikasi secara maya. Kehadiran era digital ini tentu disambut baik oleh para generasi muda.

Secara hukum dikatakan bahwa pemuda adalah manusia yang berusia 15 - 30 tahun. Sementara menurut World Health Organization (WHO) pemuda adalah seseorang yang berusia 10 sampai 24 tahun (young people), sedangkan untuk usia 10 sampai 19 tahun disebut dengan  adolescenea/remaja. 

Dalam pandangan Koentjaraningrat pemuda adalah suate fase yang berada dalam siklus kehidupan manusia, dimana fase tersebut bisa ke arah perkembangan atau perubahan. 

Setiap pemuda memiliki keunikannya masing-masing, mereka berbeda bentuk, ukuran, sifat, karakter, perangai, gaya, selera, dan berbeda pula dalam memandang masa depannya serta pola pemikirannya. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh keluarga, teman sebaya, masyarakat, institusi pendidikan dan lingkungan lainnya. Oleh karena itu, pemuda disebut juga makhluk sosial.

Sebagai makhluk sosial, pemuda memiliki dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain; adanya kebutuhan sosial untuk hidup berkelompok; kebetuhan untuk mencari teman yang didasari kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing; serta kebutuhan mencari kebahagiaan, sehingga pemuda tidak bisa hidup tanpa manusia lainnya. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang kemudian mendorong pemuda ke dalam pencarian jati dirinya. 

Seringkali proses pencarian jati diri seorang pemuda diboncengi dengan kisah percintaan di usianya yang masih terbilang remaja, yakni sering disebut juga "cinta monyet". Bukan tanpa sebab hal itu terjadi, melainkan karena pemuda berada di lingkungan sosial. Dimana, proses tesebut dapat diberikan oleh keluarga, instansi pendidikan, teman sebaya, atau bahkan lawan jenisnya.

Adanya interaksi dengan lawan jenis ini acap kali memunculkan rasa saling tertarik satu sama lain dan menumbuhkan kebahagiaan di antara keduanya. Pada pemuda normal, ketertarikan antarlawan jenis seperti itu menjadi awal mula tumbuhnya perasaan cinta. Biasanya siklus orang yang jatuh cinta melewati tiga fase, yaitu:

  • Arousal, fase dimana seseorang baru merasa bergairah (tergoda) terhadap orang lain yang ditemuinya.
  • Attraction, fase ekspresi daya tarik yang dirasakan seseorang terhadap orang lain.
  • Attachment, fase dimana seseorang sudah benar-benar berada pada posisi ingin menjadi bagian dalam hidup orang lain.

Cinta merupakan sebuah kehidupan sosial dimana ketika seseorang memiliki perasaan cinta kepada orang lain, ia otomatis akan menjadi subjek yang megupayakan hasrat untuk mewujudkan cintanya. Dalam percintaan terdapat relasi dominasi dan yang mendominasi. Dimana, pihak yang mendominasi dikatakan sebagai subjek cinta dan pihak yang didominasi disebut objek cinta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline