Pada zaman dahulu kala, Sunan Giri melakukan pengembaraan dan singgah di Desa Barang Kauman, Kecamatan Karang Binangun. Di desa tersebut, ia bertemu dengan Dewi Asika, yang juga dikenal sebagai Mbok Rondo Barang. Ketika Sunan Giri melanjutkan perjalanannya, ia teringat bahwa ia telah meninggalkan keris pusakanya yang bernama "Koro Welang" di rumah Mbok Rondo Barang. Untuk mengambil keris tersebut, Sunan Giri mengutus salah satu cantriknya, yaitu Danureksa, yang juga dikenal sebagai Mbah Boyopati. Karena Mbok Rondo Barang belum mengenal Danureksa, ia merasa khawatir untuk langsung mengambil keris tersebut. Setelah melakukan pengamatan, Danureksa menyadari bahwa Mbok Rondo sangat menyukai kucing. Dengan kecerdikannya, Danureksa memutuskan untuk menyamar menjadi kucing agar tidak menimbulkan kecurigaan ketika mengambil keris Sunan Giri. Saat berusaha mengambil keris dengan menyamar sebagai kucing, Mbok Rondo terkejut melihat seekor kucing membawa keris milik Sunan Giri. Mbok Rondo berteriak, dan kucing jelmaan Danureksa pun melarikan diri. Dalam pelariannya, Danureksa merasa bingung dan takut karena hampir tertangkap. Namun, ia mendapatkan ide untuk menyelamatkan diri. Menyadari ada sebuah kolam (blumbang) yang penuh dengan ikan lele di sekitarnya, Danureksa segera menceburkan diri ke dalam kolam dan menyelam untuk bersembunyi.
Ketika para pengejar tiba di tepi kolam, mereka merasa curiga karena pencuri yang mereka kejar tiba-tiba menghilang. Beberapa di antara mereka menduga bahwa pencuri itu bersembunyi di dalam kolam, tetapi ragu karena melihat banyaknya ikan lele yang bergerombol di permukaan kolam. Mereka berpikir, jika ada seseorang di dalam kolam, ikan lele tersebut pasti akan berlarian ketakutan. Setelah menunggu beberapa waktu dan tidak melihat tanda-tanda kemunculan Danureksa, para pengejar pun kembali. Tidak lama kemudian, Danureksa muncul dari dasar kolam dan merasa sangat berterima kasih kepada ikan lele karena telah menyelamatkan dirinya dari pengejaran orang-orang Mbok Rondo Barang. Sebagai ungkapan terima kasihnya, Mbah Boyopati bersumpah bahwa karena ikan lele telah menolongnya, maka keturunannya tidak akan pernah memakan ikan lele.
Demikianlah asal mula larangan makan ikan lele bagi keturunan dari Medang di Lamongan, yang berasal dari kisah kepahlawanan dan kecerdikan Danureksa dalam melindungi diri dari bahaya.