Lihat ke Halaman Asli

Diva Syafa

Tutor Qanda

Selamat Jalan Cinta

Diperbarui: 31 Agustus 2023   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pexels.com/Liza Summer

Aku adalah seorang anak yang terlahir dengan kehidupan sederhana tanpa seorang ayah. Ayahku sudah dipanggil Tuhan saat usiaku masih sangat belia, sekitar umur 5 tahun. Hingga aku dewasa, aku dibesarkan oleh ibuku yang single parent yang berjuang keras agar aku bisa merasakan duduk di bangku perguruan tinggi. Berbekalkan semangat dan usaha, akhirnya aku diterima dengan beasiswa disebuah perguruan tinggi ternama di kotaku. Aku tidak berani ngambil kuliah jauh-jauh karena tidak mau meninggalkan ibuku seorang diri.

Awal perkuliahan sangat menyenangkan, punya banyak teman dan bisa kenal dengan senior hebat membuatku masuk ke dalam sebuah organisasi kampus hingga aku mengenal seorang cowok yang bernama Yogi. Dia sangat baik dan perhatian padaku. Karena kami sefakultas, jadi kami sering ketemu bareng dan suatu hari Yogi menyatakan perasaannya kepadaku.

Aku kaget saat Yogi menyatakan perasaannya padaku karena setauku Yogi adalah orang yang terkenal di kampus dan digandrungi banyak cewek cantik. Aku menerima Yogi sebagai kekasihku saat itu dan kami pacaran. Awal pacaran memang biasa saja, kami selalu menghabiskan waktu bareng di kampus maupun luar kampus. Kegiatan demi kegiatan kami lakukan bersama.

"Tia sayang, nanti kita pergi event charitykan?" tanya Yogi seraya menatap netraku.

"Iya Yogi sayang, aku pasti pergi kok. Kamu ikut juga kan?" tanyaku kepada Yogi.

"Ya pasti dong sayang, inikan event wajib kita tiap bulan agar kita bersyukur dengan apa yang kita miliki!" ucap Yogi seraya tersenyum sumringah kepadaku.

Aku mengangguk tanda setuju dengan perkataan Yogi karena apa yang dikatakannya itu benar. Aku beruntung memiliki kekasih yang baik, perhatian, pintar, dan peduli pada sesama. Aku merasa dia adalah lelaki sempurna yang selalu membuatku terpukau akan kebaikan yang ada dalam dirinya. Aku jadi termotivasi untuk ikut kegiatan positif seperti ini.

Beberapa bulan kemudian, hubungan kami semakin harmonis tanpa adanya gangguan hingga datang seorang cewek yang ingin mengikuti event yang diketuai oleh Yogi. Kulihat dari tatapannya ke Yogi, beda seperti teman cewek pada umumnya, seperti tatapan seorang cewek yang menyukai seorang cowok. Aku bisa merasakan hal itu, tapi kenapa dia baru muncul? Siapa dia? Kenapa selama ini dia tak pernah nampak disini? Aku bermonolog dalam hati.

Aku tidak mau bernegatif thinking dulu9 kepada. Ada baiknya aku cari tau sendiri siapa dia. Aku nekat menanyakan kepada teman-temanku dan ternyata ada yang mengenalnya. Dia adalah mantan pacar kekasihku saat masih SMA. Dia putus gara-gara ikut papanya ke luar negeri karena urusan pekerjaan. Tak tau kenapa, baru semester ini dia pindah kesini dan ikut organisasi kampus. Aku positif thinking karena selama ini Yogi itu orangnya setia.
***
Setahun kemudian hubungan aku dan Yogi agak renggang gara-gara ribut karena kemunculan mantan kekasihnya. Yogi tidak mengindahkan perkataanku karena dia tergoda oleh mantan yang lebih cantik dariku. Aku sedih dan kecewa melihat sikap Yogi seperti ini hingga akhirnya aku nekat mengajak cewek yang bernama Dania itu bertemu denganku disebuah cafe.

"Dania, langsung to the point aja, aku ini pacarnya Yogi dan kamu cuma mantannya. Tolong jauhi Yogi karena aku tidak suka melihat kamu mengganggu pacarku!" ucapku seraya menyeruput minuman yang ada didepanku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline