Lihat ke Halaman Asli

Musuh Tak Terlihat

Diperbarui: 23 Oktober 2017   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pembunuh nomor satu di dunia disebut sebagai 'Serangan Jantung'. Banyak yang mengatakan bahwa orang gemuk lebih mudah terkena serangan jantung daripada orang kurus, namun apakah ini benar?

Definisi dari serangan jantung sendiri ialah kondisi ketika aliran darah kaya oksigen tiba-tiba terhambat ke otot jantung sehingga otot jantung tidak mendapatkan oksigen. Jika hal ini dibiarkan, otot jantung akan mati. Gejala dari penyakit ini ialah sesak napas, gelisah, pusing, merasa lemah, sakit atau nyeri di bagian dada, berkeringat, mual, dan detak jantung yang tidak beraturan.

Faktor utama dari serangan jantung ialah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner terjadi ketika pembuluh darah yang membawa darah ke jantung (pembuluh koroner) tersumbat. Sumbatan ini tercipta oleh timbunan kolestrol berupa plak di dinding pembuluh darah. Apabila plak ini retak, maka akan terjadi penggumpalan darah yang kemudian mengakibatkan terhambatnya pemasokan darah dan oksigen melalui pembuluh koroner.

Faktor lain penyebab serangan jantung ialah usia. Serangan jantung tercatat lebih mudah terjadi pada pria dengan usia 45 tahun ke atas dan wanita dengan usia 55 tahun ke atas. Faktor lainnya ialah merokok, tekanan darah tinggi, seringnya mengonsumis makanan berlemak tinggi yang meakibatkan kadar kolestrol atau trigliseral yang tinggi, berat badan, stress, kurang beraktivitas, golongan darah, dan faktor genetik atau faktor keturunan dari keluarga. 

Faktor genetik adalah faktor yang cukup kuat sebab tercatat beberapa kasus di mana seseorang dengan gaya hidup sehat dan berat tubuh yang ideal mendadak terkena serangan jantung. Faktor-faktor inilah pemicu terjadinya penyakit jantung koroner yang berakibat pada serangan jantung. Mereka dapat tersembunyi, sehingga bisa muncul secara tiba-tiba.

Jadi, apakah orang kurus lebih mudah terkena serangan jantung?

Jawabannya adalah, tidak. Namun bukan berarti orang kurus lebih sulit terserang penyakit jantung, bahkan resiko kematian bagi orang dengan berat badan di bawah rata-rata lebih tinggi.

Pertama, melihat faktor-faktor dari serangan jantung, terdapat faktor genetik. Faktor genetik ini dapat diturunkan dari kerabat seperti orang tua atau kakek atau nenek. Faktor ini kerap dikesampingkan sebab terdapat anggapan bahwa penyebab serangan jantung hanyalah gaya hidup, padahal faktor ini cukup dominan sebenarnya. 

Terdapat beberapa kasus di mana pasien serangan jantung berolahraga rutin, memiliki berat tubuh ideal, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi alcohol, namun tiba-tiba terkena serangan jantung di usia yang cukup muda. Hal ini tentu melawan opini bahwa gaya hidup sehat pasti menjauhkan kita dari serangan jantung, karena pada kenyataannya seseorang yang muda dan sehat, namun keluarganya memiliki riawayat searngan jantung, masih bisa terkena serangan jantung. Sebab gaya hidup sehat dengan tubuh yang ideal dan kurus tidak akan bisa menghapuskan jejak serangan jantung yang diwariskan oleh keluarga kita, entah itu dari nenek atau orang tua.

Kedua, faktor berat badan. Orang dengan obesitas atau berat badan di atas berat ideal memang lebih mudah terkena serangan jantung, namun orang kurus sebenarnya punya kemungkinan kematian yang cukup tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa memang orang gendut memiliki potensi kolestrol yang tinggi, namun orang kurus sendiri memiliki kemungkinan kematian yang tinggi melihat data yang diperoleh peneliti dari Cooperative Cardiovascular Project di mana ditemukan bahwa orang-orang dengan berat badan di bawah rata-rata memiliki resiko kematian 61hingga 73 persen lebih besar. 

Kemungkinan besar hal ini diakibatkan oleh tubuh yang kekurangan nutrisi sehingga tidak dapat bertahan terlalu lama saat serangan jantung terjadi karena lebih lemah dibandingkan orang dengan tubuh yang lebih berat. Sebaliknya, orang dengan obesitas ringan justru memiliki kemungkinan selamat yang lebih tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline