Lihat ke Halaman Asli

Divani Truna Wijayanti

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Tadris IPS.

Apa itu Kesiapan Belajar (Readiness), Teori Belajar Humanistik Dan Behavioristik?

Diperbarui: 2 November 2024   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://pin.it/730GHJjIR 

Sebelum memulai proses pembelajaran kesiapan peserta didik untuk menerima ilmu yang disampaikan oleh guru menjadi faktor penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Readiness (Kesiapan) belajar merupakan individu yang memiliki fisik dan mental optimal untuk menerima dan merespons berbagai materi yang diajarkan. Banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar yaitu kesehatan fisik, kondisi mental serta lingkungan belajar yang kondusif. Sebagai contoh seorang anak yang sedang tidak memiliki kesehatan fisik dan tetap mengikuti proses pembelajaran ilmu yang diterima tidak akan sama dengan teman sekelasnya yang sehat secara fisik/jasmani, sebab anak tersebut selama proses pembelajaran akan terpengaruh, tidak fokus pada ilmu yang disampaikan guru karena ia terus merasa tidak nyaman dengan sakit yang dirasakannya. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk memastikan bahwa siswa berada dalam kondisi siap sebelum memulai pembelajaran agar hasil yang diinginkan dapat tercapai secara maksimal. 

Teori belajar behavioristik adalah suatu teori pembelajaran yang akan mengerti sebuah sifat manusia yang akan mengimplementasikan pendekatan objektif, materialistik serta mekanistik, dalam hal ini perubahan sifat pada diri seseorang dapat dilihat melalui upaya pengkondisian. Teori ini lebih fokus pada hasil dari proses pembelajaran, contohnya mendapat nilai yang tinggi atau bagus. Teori belajar behavioristik terbagi dalam dua bentuk yakni stimulus dan respons. Dalam teori nya biasa disebut sebuah teori S-R (Stimulus-Respon). Stimulus artinya sebuah rangsangan digunakan dalam menaikan sebuah prestasi atau membentuk perilaku, kemudian respon artinya sebuah tanggapan yang dapat dilihat setelah pemberian stimulus. 

Teori Behavioristik menurut para ahli: 

1. Teori Classical Conditioning Ivan Petrovich Pavlov 

Classical conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dengan melibatkan perangsang asli dan netral yang dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya: 

                    1.  Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

                   2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun. 

Menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Hal terpenting dalam belajar menurut teori classical conditioning adalah adanya latihan latihan yang terus-menerus, agar menghasilkan perilaku yang terjadi secara otomatis.

2. Teori Operant Conditioning Burrhus Frederic Skinner 

Teori belajar Operant Conditioning merupakan teori yang dikembangkan atau yang dibuat oleh Burrhus Frederic Skinner yang muncul pada tahun 1930 an untuk melengkapi atau menutupi kekurangan dari teori belajar Classcical Conditioning yang dikembangkan atau yang dilahirkan oleh seorang toko yang Bernama Pavlov. Teori belajar Operant Conditioning ialah sebuah teori yang mengkaji tentang suatu penguatan yang terdiri dari system reward and punishment. Teori ini mengembangkan system pemberian hadiah dan pemberian hukuman kepada peserta didik apabila peserta didik melakukan proses pembelajaran dengan baik, maka akan diberikan hadiah atau penghargaan kepadanya, sedangkan apabila peserta didik melakukan atau kurang dalam mengikuti pembelajaran, maka akan mendapatkan sesuatu yang berbanding terbalik dengan pemberian hadiah sebelumnya. Sistem ini disebut dengan system penguatan positif dan system penguatan negatif. Pembelajaran berbentuk ini memiliki kelebihan dan kekurangan, apabila kita melihat dari segi penguatan positif, maka anak-anak yang aktif atau pemberani, maka ia akan lebih terdominasi atau lebih unggul, sedangkan apabila dilihat dari segi sisi penguatan negatif, maka peserta didik akan tetap dengan biasanya dan tidak ada kemajuan atau perubahan sama sekali ketika mengikuti pembelajaran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline