Lihat ke Halaman Asli

Persepsi Masyarakat Terhadap Dampak Proyek Pabrik Gula KTM dalam Perspektif Kesehatan dan Lingkungan

Diperbarui: 16 Juli 2024   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PT Kebun Tebu Mas sebagai bagian dari MITR PHOL GROUP, terlibat dalam industri tebu dan produksi gula di Indonesia. Selama musim tebu, pabrik gula mereka aktif memproses tebu menjadi gula, yang dapat menimbulkan masalah terkait dengan bau tidak sedap. Bau yang tidak sedap ini sering kali berasal dari proses fermentasi dan penguraian bahan organik dalam tebu selama proses pengolahan. 

Meskipun pabrik telah berupaya membatasi dampaknya dengan sistem pengolahan udara dan teknologi kontrol bau, tetapi seringkali masih tercium oleh masyarakat sekitar, terutama yang tinggal dalam jarak dekat dengan pabrik. Bau yang tidak sedap ini dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan penduduk lokal, serta menciptakan ketidakpuasan dalam komunitas.

Selain masalah bau, produksi gula juga menimbulkan tantangan lingkungan. Pengolahan tebu menjadi gula membutuhkan penggunaan air yang besar dan dapat menyebabkan pencemaran air dengan limbah organik dan bahan kimia dari proses ini. Limbah yang dihasilkan dapat mengancam kualitas air dan ekosistem sungai lokal, serta kesehatan manusia yang bergantung pada sumber air tersebut. 

Oleh karena itu, PT Kebun Tebu Mas perlu terus meningkatkan praktik pengelolaan lingkungan mereka untuk meminimalkan dampak negatif ini. Upaya untuk mengurangi bau tidak sedap dan mengelola limbah secara efektif akan mendukung keberlanjutan industri gula serta hubungan yang harmonis dengan komunitas lokal di sekitarnya. Dalam pengadaan proyek di PT tersebut ada beberapa dampak yang dirasakan masyarakat yang pertama yaitu : 

1. Pengaruh Kesehatan

Bau tidak sedap yang dihasilkan selama proses produksi tebu dapat memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan pekerja dan komunitas sekitarnya. Bau ini sering kali disebabkan oleh proses fermentasi yang terjadi saat tebu diolah menjadi gula. Ketika tebu diproses, gula dalam tebu diubah menjadi alkohol, yang kemudian menghasilkan senyawa organik volatil seperti asam asetat, etanol, dan senyawa sulfur. Kombinasi senyawa ini menghasilkan aroma yang tajam dan tidak sedap yang dapat tercium dalam jarak yang cukup jauh dari pabrik atau area produksi tebu.

Paparan jangka panjang terhadap bau-bauan tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius bagi pekerja, seperti gangguan pernapasan, iritasi mata, hidung, dan tenggorokan, serta gejala lain seperti sakit kepala dan mual. Risiko ini meningkat terutama bagi pekerja yang terpapar secara langsung dalam waktu yang lama tanpa perlindungan yang memadai. 

Selain itu, komunitas yang tinggal di sekitar area produksi juga dapat mengalami dampak negatif terhadap kesehatan mereka, meskipun dalam tingkat yang lebih rendah, tergantung pada jarak dan arah angin yang membawa bau tersebut.

2. Penggunaan Air

Proses produksi gula dari tebu membutuhkan penggunaan air yang signifikan, terutama dalam tahap pengolahan dan pembersihan tebu. Air digunakan dalam berbagai proses, seperti pencucian tebu, pengolahan jus tebu menjadi gula, dan pendinginan peralatan pabrik. Kebutuhan air yang besar ini dapat menimbulkan dampak serius terhadap kualitas air di sekitar area perkebunan tebu. 

Pemakaian air yang intensif dapat menyebabkan penurunan kualitas air karena limbah yang dihasilkan dari proses-proses tersebut, termasuk senyawa organik dan bahan kimia seperti pestisida dan herbisida yang digunakan dalam pertanian tebu. Limbah ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat mencemari sumber air lokal, mengancam keberlanjutan ekosistem air, dan mengurangi ketersediaan air bersih bagi masyarakat setempat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline