Lihat ke Halaman Asli

Divaki Avisa

Mahasiswa

Benarkah Rokok Elektrik (Vape) Lebih Aman? Simak Penjelasannya

Diperbarui: 31 Desember 2022   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: freepik.com

Rokok elektrik atau vape saat ini sedang tren dan banyak digunakan oleh anak-anak muda baik laki-laki maupun perempuan. Vape merupakan salah satu alat penghisap seperti rokok versi elektronik. Alat ini bekerja dengan cara memanaskan cairan di dalam tabung, yang kemudian diubah menjadi uap cair. Uap tersebut kemudian dihirup dan menghasilkan asap. Sebenarnya menggunakan vape itu tidak ada salahnya, akan tetapi persepsi yang menganggap bahwa vape jauh lebih aman daripada rokok konvensional yang membuat tren ini semakin pesat. 

Selain itu, menggunakan vape di kalangan anak muda merupakan suatu tren yang digunakan dengan dalih untuk menghentikan penggunaan rokok konvensional. Hal tersebut dilakukan karena menghentikan penggunaan rokok konvensional bukanlah hal yang mudah sehingga vaping dijadikan alternatif oleh anak muda. Benarkah vape lebih aman dibandingkan dengan rokok konvensional?

Vape merupakan salah satu jenis rokok yang memiliki tiga komponen utama yaitu, baterai, elemen pemanas, dan tabung berisi cairan (cartridge). Menurut American Lung Association dalam vape terdapat kandungan bahan kimia yang berbahaya seperti, nikotin, karsinogen, gliserin, acrolein, dll yang dapat menimbulkan penyakit pada penggunanya salam jangka waktu lama. 

Yang membedakan antara vape dan rokok konvensional salah satunya pada penggunaan tembakaunya saja. Padahal pada kenyataannya bukan hanya tembakau yang dapat memicu penyakit pada penggunanya, melainkan dari kandungan-kandungan kimia berbahaya lainnya juga memiliki peran sebagai pemicu penyakit.

Berdasarkan berbagai penelitian, vape ataupun rokok konvensional sama-sama mengandung nikotin yang dapat menimbulkan efek ketagihan atau adiksi, yang mana, jika digunakan secara terus menerus akan berdampak pada kesehatan jangka panjang seperti munculnya penyakit kardiovaskular, kanker paru-paru, dan berbagai penyakit berbahaya lainnya. dr. Agus Dwi Susanto mengatakan bahwa kedua produk rokok ini mengandung karsinogen atau bahan-bahan yang dapat memicu kanker melalui kegiatan merokok. 

Kandungan karsinogen ini akan menimbulkan dampak negatif dalam kurun waktu 15-20 tahun mendatang (P2PTM Kemenkes RI, 2020).  

Selain itu, menurut studi pada tahun 2019, seseorang yang menggunakan vape akan memiliki resiko lebih tinggi terkena gangguan pernapasan dibandingkan dengan seseorang yang tidak pernah merokok. Meskipun dapat dikatakan tidak aman, menurut Johns Hopkins Medicine, vape mungkin memang memiliki resiko bahaya yang lebih sedikit. Seseorang yang menggunakan rokok konvensional menghirup sekitar 7.000 bahan kimia, sedangkan pengguna vape nampaknya akan lebih sedikit melibatkan bahan kimia.

Menggunakan rokok konvensional maupun vape sama-sama memiliki efek samping dan beresiko untuk memicu datangnya penyakit, akan tetapi efek jangka panjang dari vape belum terlalu diketahui secara pasti. meskipun begitu, para peneliti telah meyakini bahwa vape bukan alternatif yang aman  untuk menggantikan rokok konvensional. 

Vape sebagai pengganti rokok konvensional bukanlah solusi yang tepat karena kandungan yang dimilikinya dapat memicu penyakit berbahaya. Cara yang dapat dilakukan agar bisa berhenti mengkonsumsi rokok konvensional, yaitu dengan tidak merokok sama sekali. Meskipun sulit, pengguna rokok konvensional bisa memulai dengan mengurangi penggunaan sedikit demi sedikit sampai akhirnya berhenti menggunakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline