Instagram merupakan salah satu platform media sosial yang sangat populer, terutama di kalangan remaja. Menurut Kemp (2020), Instagram menduduki posisi ke-4 sebagai media sosial yang paling sering digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Instagram merupakan platform media sosial yang digunakan untuk mengunggah foto atau video, serta dilengkapi oleh berbagai fitur kekinian, seperti like (menyukai), comment (komentar), follow (mengikuti), follow back (mengikuti balik), dan Instagram Stories (Cerita Instagram). Selain itu, para pengguna Instagram juga dapat berkomunikasi antar sesama pengguna Instagram lainnya melalui fitur direct messages (DM) dan live streaming, yang memungkinkan para pengguna Instagram dapat berkomunikasi tanpa adanya batasan jarak dan waktu.
Remaja usia 18-24 tahun merupakan mayoritas pengguna aktif media sosial Instagram di Indonesia. Salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh remaja, yaitu selfie. Selfie merupakan suatu aktivitas dimana individu mengambil foto dirinya sendiri secara mandiri menggunakan kamera digital ataupun smartphone. Namun, sayangnya aktivitas selfie dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan mental remaja, diantaranya kecanduan selfie dan depresi yang disebabkan oleh obsesi yang berlebihan untuk mendapatkan hasil selfie yang terbaik.
Remaja akan melakukan berbagai upaya untuk terlihat menarik dengan mempercantik dirinya agar dapat memenuhi standar kecantikan yang ideal. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan mengedit foto selfie melalui aplikasi editing foto untuk menghilangkan noda di wajah, mengubah tone warna kulit wajah menjadi lebih putih, serta merampingkan bentuk tubuh menjadi lebih langsing.
Remaja akan berusaha mengedit dan memilih foto terbaik mereka untuk diunggah ke platform Instagram pribadi masing-masing. Hal ini merupakan cara remaja untuk mendapatkan atensi dan penilaian positif dari orang lain terhadap dirinya, yang pada akhirnya akan menjadi standar bagaimana remaja akan memberi penilaian terhadap dirinya sendiri. Hal ini juga merupakan salah satu tugas remaja akhir, yaitu pencarian identitas diri atau citra diri.
Melalui unggahan selfie tersebut, remaja berharap untuk mendapatkan jumlah like yang banyak dan berbagai komentar positif sebagai tanda dirinya diterima oleh masyarakat dengan baik. Hal ini didukung dengan salah satu penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas selfie dengan harga diri individu sebagai akibat dari respon yang didapat. Selain itu, remaja yang memasuki masa pubertas akan mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikologis yang berdampak pada penampilan mereka.
Di Indonesia terdapat standar kecantikan yang ideal, dimana individu harus memiliki tone warna kulit yang putih dan bersih, kulit wajah yang mulus, serta bentuk tubuh yang langsing. Hal ini membuat para remaja berlomba-lomba untuk melakukan berbagai upaya agar penampilannya terlihat menarik dan dapat memenuhi standar kecantikan yang telah ditentukan. Ditambah terciptanya suatu trend istilah 'Kamu cantik, Kamu aman' dan 'Kamu cantik, Kamu menang' seperti itulah kira-kira.
Terciptanya standar kecantikan di Indonesia, menimbulkan dampak negatif yang cukup besar terhadap kesehatan mental seorang remaja, dimana remaja akan mulai membandingkan dirinya sendiri dengan unggahan selfie pengguna Instagram lain yang menurutnya lebih cantik dan menarik. Dikutip dari Better Help, terdapat beberapa dampak negatif dari hasil membandingkan diri sendiri dengan orang lain, diantaranya:
- Menurunnya tingkat kepercayaan diri.
- Menurunnya tingkat harga diri.
- Cenderung lebih mudah melihat kekurangan diri dibandingkan kelebihan yang ada.
- Timbulnya rasa iri hati.
- Timbulnya perasaan insecure yang ditimbulkan oleh persepsi ketidaksempurnaan diri.
Remaja perempuan yang mampu melakukan evaluasi positif terhadap dirinya, peduli terhadap penampilan fisiknya, dan merasa puas dengan bentuk tubuhnya akan membuat mereka semakin mencintai dan menghargai dirinya sendiri. Mereka akan merasa puas dan bahagia. Hal ini tentunya akan meningkatkan kepercayaan diri pada remaja.
Sebaliknya, ketika remaja perempuan dengan mudah melakukan evaluasi negatif terhadap dirinya, selalu merasa kurang, dan tidak puas terhadap tubuhnya akan membuat mereka mudah merasa insecure dan kurang menghargai dirinya sendiri. Mereka akan merasa dirinya tidak pantas dan tidak berharga. Hal ini tentunya akan berdampak buruk terhadap tingkat kepercayaan diri pada remaja.
Maka dari itu, seorang remaja harus mampu belajar untuk menerima diri apa adanya. Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk para remaja melakukan berbagai kegiatan positif yang dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka dengan cara merawat diri, berolahraga, membentuk pola hidup sehat, dan menciptakan self-love.