Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Bhinneka Tunggal Ika Membentuk Identitas Nasional

Diperbarui: 11 Desember 2024   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

        Indonesia adalah negara yang luar biasa. Bayangkan sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau, ratusan suku, puluhan bahasa, dan beragam agama. Namun, di tengah keberagaman ini, kita tetap bersatu. Inilah hakikat sejati dari semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang sudah kita kenal selama ini.
Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" telah menjadi identitas nasional Indonesia selama berabad-abad. Makna filosofis yang terkandung di dalamnya, "berbeda-beda tetapi tetap satu jua", telah menjadi landasan bagi keberagaman bangsa Indonesia.

 Asal-Usul Sebuah Semboyan Bermakna


Bhinneka Tunggal Ika bukanlah sekadar rangkaian kata indah. Kata-kata ini memiliki sejarah panjang yang berasal dari kitab Sutasoma karya Mpu Tantular pada zaman Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-14. Makna harfiahnya sederhana namun mendalam: "Berbeda-beda tetapi tetap satu". Kitab Sutasoma tidak hanya sekadar memuat semboyan ini. Karya agung Mpu Tantular ini menggambarkan sebuah tatanan masyarakat ideal di mana berbagai kepercayaan dan kelompok sosial hidup berdampingan secara harmonis. Semboyan ini menjadi inti dari pesan persatuan dalam keberagaman yang ingin disampaikan oleh sang pujangga.
Pada masa Kerajaan Majapahit, semboyan ini tidak hanya sebatas ide, tetapi juga diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Majapahit berhasil menyatukan berbagai wilayah dan suku di Nusantara, menciptakan sebuah kerajaan yang makmur dan kuat.
Bayangkan sebuah keluarga besar. Setiap anggota keluarga memiliki karakter, hobi, dan pemikiran yang berbeda. Namun, mereka tetap terikat oleh ikatan cinta dan rasa memiliki. Begitulah Indonesia. Setiap suku, agama, dan budaya bagaikan anggota keluarga yang unik namun saling terhubung.

Keragaman sebagai Kekuatan, Bukan Ancaman
Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnis. Mulai dari Suku Jawa yang mayoritas, Suku Sunda di Jawa Barat, Suku Batak di Sumatera Utara, hingga Suku Papua di ujung timur Indonesia. Setiap suku memiliki:
Bahasa daerah sendiri
a.Tradisi dan adat istiadat unik
b.Pakaian adat yang berbeda-beda
c.Musik dan seni tradisional khas
Namun, perbedaan ini tidak membuat mereka terpisah. Justru sebaliknya, perbedaan menjadi modal utama kekuatan bangsa.

Keberagaman dalam Kerukunan
Indonesia bukan negara agama, tetapi juga bukan negara sekuler. Di sini, enam agama resmi diakui: Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Setiap warga negara bebas menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.
Contoh nyata kerukunan dapat kita lihat di berbagai daerah. Di Bali yang mayoritas Hindu, kita menemukan masjid dan gereja berdiri berdampingan. Di Toraja, ada tradisi saling membantu antarumat berbeda agama dalam upacara adat.

Pelajaran dari Sejarah Perjuangan
Konsep "Bhinneka Tunggal Ika" tidak muncul begitu saja; ia lahir dari perjalanan panjang dan penuh perjuangan yang dilakukan oleh para pendiri bangsa Indonesia. Dalam konteks sejarah, ada beberapa poin penting yang perlu dipahami mengenai bagaimana nilai-nilai ini terbentuk dan diinternalisasi oleh para pejuang kemerdekaan.

1. Pemahaman tentang Kemajemukan sebagai Kekuatan
Para pendiri bangsa, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan tokoh-tokoh lainnya, menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman. Mereka memahami bahwa kemajemukan---baik dalam hal suku, agama, maupun budaya---adalah kekuatan yang dapat menyuburkan identitas nasional. Dalam pandangan mereka, perbedaan bukanlah penghalang, melainkan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk membangun bangsa yang lebih kuat dan bersatu.

2. Pengalaman Penjajahan Kolonial
Selama berabad-abad, Indonesia berada di bawah penjajahan kolonial yang memecah belah masyarakat. Penjajah sering kali memanfaatkan perbedaan suku, agama, dan adat untuk menciptakan ketegangan dan kesenjangan di antara masyarakat. Strategi "divide et impera" (pecah belah dan kuasai) ini bertujuan untuk memudahkan penguasaan dan pengendalian terhadap wilayah yang luas dan beragam.
Para pejuang kemerdekaan menyaksikan bagaimana perbedaan ini dijadikan alat untuk menindas dan menguasai. Mereka menyadari bahwa jika perbedaan ini tidak dikelola dengan baik, maka akan terus menjadi sumber konflik dan perpecahan. Oleh karena itu, mereka bertekad untuk menciptakan sebuah bangsa yang menghargai dan merayakan keberagaman.

3. Visi untuk Masa Depan yang Bersatu
Dengan pengalaman pahit dari penjajahan, para pendiri bangsa memiliki visi yang jelas untuk masa depan Indonesia. Mereka ingin membangun sebuah negara di mana setiap individu, terlepas dari latar belakang suku, agama, atau budaya, dapat hidup berdampingan secara harmonis. Dalam konteks ini, "Bhinneka Tunggal Ika" menjadi semboyan yang mencerminkan cita-cita tersebut.
a)Penghormatan terhadap Perbedaan : Para pendiri bangsa menekankan pentingnya menghormati perbedaan sebagai bagian dari identitas nasional. Mereka percaya bahwa setiap kelompok memiliki hak untuk diakui dan dihargai.
b)Persatuan dalam Keberagaman : Mereka juga menekankan bahwa meskipun ada perbedaan, semua elemen masyarakat Indonesia adalah bagian dari satu kesatuan yang lebih besar. Ini menciptakan rasa saling memiliki dan tanggung jawab bersama untuk menjaga persatuan.

4. Implementasi Nilai-Nilai dalam Kehidupan Berbangsa
Setelah meraih kemerdekaan, nilai-nilai yang terkandung dalam "Bhinneka Tunggal Ika" diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa. Hal ini terlihat dalam:
a)Konstitusi : UUD 1945 mengakui dan melindungi hak-hak setiap warga negara, termasuk hak untuk beribadah sesuai dengan agama masing-masing dan hak untuk mengembangkan budaya lokal.
b)Pendidikan : Pendidikan di Indonesia mulai mengajarkan pentingnya toleransi dan saling menghormati antarbudaya, sehingga generasi muda dapat memahami dan menghargai keberagaman.
c)Kebijakan Publik : Pemerintah berupaya menciptakan kebijakan yang inklusif, yang memperhatikan kebutuhan dan aspirasi seluruh kelompok masyarakat.

5. Pelajaran untuk Generasi Mendatang
Pelajaran dari sejarah perjuangan ini sangat relevan untuk generasi mendatang. Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perubahan sosial yang cepat, penting bagi generasi muda untuk:
a.Menghargai Keberagaman : Memahami bahwa keberagaman adalah aset yang harus dijaga dan dirayakan, bukan dijadikan alasan untuk perpecahan.
b.Berpartisipasi dalam Dialog : Mendorong dialog antarbudaya dan antaragama untuk membangun pemahaman dan mengurangi ketegangan.
c.Menjaga Persatuan : Mengingatkan diri sendiri dan orang lain tentang pentingnya persatuan dalam menghadapi tantangan bersama, serta berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang harmonis.
Dengan memahami dan menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam "Bhinneka Tunggal Ika", generasi mendatang dapat melanjutkan perjuangan para pendiri bangsa untuk menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia dalam keberagaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline