Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum peralihan setelah munculnya wabah covid-19. Kurikulum ini mulai diperkenalkan sejak tahun 2022 dan dirancang untuk dapat memberikan kebebasan belajar serta otonomi yang lebih besar bagi siswa di semua tingkat pendidikan, termasuk sekolah dasar. Dengan adanya Kurikulum Merdeka ini diharapkan mampu menjawab berbagai tantangan di era digital melalui beberapa pendekatan yang tentunya lebih fleksibel dan berfokus pada pengembangan potensi siswa secara maksimal.
Pada tingkat satuan sekolah dasar, pengimplemetasian Kurikulum Merdeka menggunakan tiga model, yaitu mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi, yang mana tentunya disesuaikan dengan tingkat kesiapan dari masing-masing lembaga pendidikan. Namun, realitanya masih banyak berbagai pihak yang mempertanyakan sejauh mana efektifitas implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah dasar? Dan apakah dengan adanya Kurikulum Merdeka ini benar-benar mampu memfasilitasi pengembangan potensi siswa menjadi pribadi yang mandiri serta inovatif?
Efektifitas pelaksanaan Kurikulum Merdeka di sekolah dasar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kesiapan sumber daya sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai, serta kompetensi guru dalam menghidupkan pembelajaran yang menarik dan lebih kreatif. Dalam penerapannya, Kurikulum Merdeka diharapkan dapat memberikan ruang gerak bagi siswa agar dapat mengembangkan kemampuan analisis kritis dan memecahkan berbagai masalah melalui pembelajaran berbasis proyek, seperti Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Penerapan Kurikulum Merdeka ini sebenarnya masih memiliki banyak kekurangan dan hambatan yang dirasakan oleh tenaga pendidik antara lain :
- Keterbatasan literasi digital pada sebagian guru di daerah tertentu dan masih minimnya pelatihan literasi digital.
- Kurangnya sosialisasi terkait Kurikulum Merdeka, sehingga banyak guru yang merasa belum siap untuk melakukan pembelajaran dengan menerapkan Kurikulum Merdeka ini.
- Terbatasnya ketersediaan sumber daya dan fasilitas yang mendukung.
- Beberapa sekolah belum siap secara sepenuhnya untuk menerapkan Kurikulum Merdeka, sehingga menjadi sebuah beban yang cukup besar bagi guru terutama dalam mengelola tugas-tugas proyek dan bahan ajar yang sifatnya digital.
- Kurang spesifiknya penjelasan terkait Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga guru harus membreakdown kembali terkait aspek apa saja yang harus dikuasai siswa dalam 1 tahun pembelajaran.
Selain itu, juga ada beberapa dampak negatif dari adanya penerapan Kurikulum Merdeka ini terhadap siswa diantaranya adalah
- Beberapa siswa menjadi malas untuk belajar dan berusaha secara sungguh-sungguh karena mereka sudah pasti akan lulus dan Ujian Nasional telah dihapuskan sekalipun masih ada assessment yang dilakukan secara berkala.
- Banyak yang belum mengetahui kemana arah minat dan potensi belajarnya.
- Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki siswa dalam beberapa mata Pelajaran vital seperti Matematika, IPS, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dll.
- Siswa menjadi mengabaikan beberapa bidang mata pelajaran lain yang penting sehingga bisa jadi akan juga mempengaruhi kedalaman pemahaman dan pengetahuan mereka.
Selain beberapa kekurangan dan dampak negatif dari Kurikulum Merdeka, terdapat juga beberapa kelebihan dari adanya kurikulum ini, yaitu :
- Memberikan kebebasan bagi siswa dan guru untuk dapat menyesuaikan pembelajaran sesuai kebutuhan, minat, dan potensi dari masing-masing siswa.
- Pembelajaran yang fleksibel dan berbasis proyek semakin membantu siswa untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan bekerja sama dalam kelompok.
- Kurikulum ini memungkinkan siswa untuk belajar dengan secara menyenangkan, bebas dari tekanan nilai, sehingga potensi dan bakat mereka dapat berkembang lebih optimal.
Ada beberapa program dari Kurikulum Merdeka yang perlu untuk dikurangi dan di evaluasi kembali diantaranya adalah beberapa program yang sifatnya administratif dan menambah beban bagi guru maka sebaiknya dikaji kembali, seperti penilaian yang terlalu banyak mengandalkan laporan administratif, kurang spesifiknya RPP dari pemerintah pusat, dan lain sebagainya. Sebagai gantinya, program-program yang berfokus pada pengembangan keterampilan dan pemahaman siswa, seperti pembelajaran berbasis proyek (P5) dan integrasi literasi digital, perlu diperkuat lagi. Program pelatihan guru yang intensif, khususnya di bidang literasi digital, penting untuk diteruskan agar para pendidik dapat menguasai metode pembelajaran yang lebih bervariatif dan inovatif.
Selain itu, saya berharap agar Kemendikbudristek kedepannya dapat mengkaji ulang kembali terkait kurikulum merdeka ini sebagai bahan acuan untuk pengembangan kurikulum berikutnya. Saya juga berharap agar pemerintah juga ikut andil dalam melihat kesiapan Indonesia dalam menerapkan kurikulum ini maupun kurikulum baru nantinya dan tentunya juga memfasilitasi sekolah dan guru secara lengkap agar kurikulum yang telah ditetapkan dapat berjalan secara maksimal serta tentunya dapat memberikan dampak yang baik bagi guru dan siswa. Selain itu, orang tua atau wali murid juga perlu untuk mendapatkan sosialisasi dan edukasi terkait peran mereka dalam mendukung proses pembelajaran anaknya selain di sekolah. Maka, apabila tiga pihak ini yakni guru / sekolah, orang tua, dan pemerintah mampu untuk bekerja sama dalam menyukseskan kurikulum maka sudah dipastikan bahwa pendidikan di Indonesia akan berkembang secara baik dan akan tercipta generasi emas di masa depan.
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah dasar merupakan sebuah inovasi yang cukup menjanjikan dalam dunia pendidikan Indonesia, namun masih memerlukan banyak penyesuaian agar dapat berjalan secara efektif. Fleksibilitas kurikulum ini juga memberikan ruang bagi perkembangan bakat siswa dan membangun kreativitas guru. Selain itu, tanpa adanya kesiapan sumber daya manusia dan fasilitas yang memadai, kurikulum ini sulit untuk berjalan secara optimal. Dengan upaya yang konsisten dalam meningkatkan literasi digital dan penyediaan pelatihan yang merata, Kurikulum Merdeka berpotensi menjadi dasar yang kuat bagi generasi penerus bangsa yang mandiri, inovatif, dan adaptif di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H