Dalam dunia akademik, kultur toksik menjadi fenomena yang akan terus menyandera dunia akademik Indonesia yang sekarang ini berada dalam keterbelakangan. Kultur toksik ini terjadi akibat pengaruh kultur feodal dan kultur seremonial yang berkembang. Kultur feodal yang masih kuat dalam lingkungan kampus di Indonesia, atau dengan kata lain bahwa universitas atau dunia akademik adalah satu domain sosial yang juga tidak kebal dari pengaruh feodalisme itu sendiri.
Feodalisme merujuk pada simbolis penghormatan/ketundukan rakyat kepada raja.
Dalam kehidupan akademik, pengaruh feodalisme dapat dilihat dari sistem hierarkis yang membagi para akademisinya dalam beberapa tingkatan-tingkatan yang tentu membentuk stratifikasi sosial dan mungkin juga membuat epistemik orang-orang yang berada di dalamnya.
Stratifikasi epistemik semacam itu rentan melahirkan ketidakadilan dalam konteks testimoni. Misalnya pendapat atau testimoni seorang guru besar cenderung dianggap selalu lebih benar dari pendapat atau testimoni seorang asisten ahli. Ketidakadilan epistemik semacam ini akan semakin subur dalam iklim akademik yang masih melestarikan nilai-nilai feodal.
Lebih parah lagi, represi epistemik juga pasti akan muncul. Orang-orang di tingkatan bawah dikondisikan takut menyampaikan pendapatnya, terutama apabila pendapat itu berbeda dari pendapat orang-orang yang berada di atasnya. Alasan takut bermacam-macam, tetapi yang paling sering karena khawatir perkembangan karier tak lancar, dsb.
Kemudian kultur seremonial. Dunia akademik yang menjadi tempat bersarang feodalisme itu juga dipenuhi dengan pemujaan terhadap hal-hal seremonial. Hal-hal seremonial yang terjadi biasanya terdapat acara yang nuansanya sebenarnya tidak akademis sama sekali (acara Dies Natalis) dan sifat abai mereka terhadap hal yang secara akademik sebenarnya sangat substansial (riset dan pengembangan mata kuliah) yang tentu dampaknya pasti akan jauh lebih produktif secara akademik, dsb.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI