Melihat di salah satu status teman saya, ia menulis "Foto keluarga itu mahal, karena tidak semua orang punya".
Wah, kalimatnya sungguh menampar saya. Foto berikutnya yang saya lihat adalah foto sederhana dari seorang ayah, ibu, kakak dan adik (dari yang menulis status).
Berlatar bagian depan rumah yang temboknya sudah retak, keluarga tersebut berdiri di depan amben bambu dengan baju yang tak seragam. Meski demikian, wajah keempat orang tersebut tampak berbahagia.
Kalimat dan foto tersebut membuat saya merenung. Hari raya, sudah sepatutnya bukan sekedar pamer foto kebersamaan. Bukan pula sekedar pamer baju samaan.
Lebih daripada itu, kita tetap harus bersyukur dengan apa yang kita punya. Lebaran kali ini, mungkin sudah ada yang tak berjumpa dengan orang tua. Ibu yang tak bisa bertemu anaknya, suami yang berpisah dari isterinya, atau mungkin juga ada yang tak bisa pulang ke rumah berkumpul dengan keluarga.
Namun, kita selalu bisa memaknai setiap detik kehidupan kita. Bersama orang-orang yang hadir dalam suka maupun duka kita. Entah itu keluarga, saudara, bahkan teman sekali pun. Kita selalu bisa berbagi cerita.
Foto keluarga memang mahal karena tak semua orang punya. Namun, mari berupaya agar kita tak perlu iri bila melihat foto keluarga orang lain. Meski kita tak punya atau keluarga kita tak lagi lengkap, yakinlah bahwa kita tak pernah sendiri.
La tahzan, innallaha ma ana (jangan bersedih,sesungguhnya Allah bersama kita). Itu kalimat yang Rasul saw ucapkan ketika sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq ra khawatir keduanya akan tertangkap saat bersembunyi dari kaum musyrik.
Kisah yang diabadikan dalam Al-Qur'an tersebut kiranya bisa menjadi pelipur lara bagi kita. Bahwa sesungguhnya Sang Maha Pencipta tak pernah membiarkan hamba-hambaNya dalam kesendirian.
Pembaca yang budiman, semoga lebaran kita kali ini lebih bermakna. Libur telah usai, saatnya kembali beraktivitas.